Kristal Brilliant Smith. Gadis itu tengah berada di dalam kamarnya sembari fokus mengetik sesuatu di atas keyboard laptopnya.
Semenjak kejadian di pabrik hari itu, membuatnya yang tadinya putus asa kembali menaruh harapan. Harapan yang ia yakini akan menjawab segala pertanyaannya selama ini. Saat mendapat apa yang ia cari, dengan segera gadis itu beranjak dari sana, mengambil kunci mobilnya dan pergi menuju ke suatu tempat.
Kristal tiba di depan gerbang mansion keluarga Albert. Sebelum masuk ke dalam, ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Begitu terus hingga seorang satpam datang mengetuk kaca mobilnya.
"Maaf, cari siapa ya?" Tanya satpam itu saat Kristal menurunkan kaca mobilnya.
"Aunty Safira ada? Saya Kristal, keponakannya," jawab Kristal ramah.
"Ada. sebentar ya," Satpam itu menjauh dari mobil Kristal dan membukakan gerbang untuk mempersilahkan Kristal masuk.
Kristal memarkirkan mobilnya di halaman depan yang luas itu, lalu ia keluar dan memencet bel yang berada tepat di dekat pintu.
"Sebentar!" Terdengar teriakan dari dalam.
"Siap... pa," kata Darel terkejut saat membuka pintu yang memperlihatkan Kristal yang kini sedang menatapnya.
Kristal tersenyum manis melihat kehadiran Darel, berbanding terbalik dengan Darel yang memperlihatkan wajah datarnya.
"Ha—"
"Ngapain?" Tanya Darel malas. Andai saja Darel dilahirkan tidak memiliki hati, maka sudah di pastikan ia langsung menutup pintu itu keras-keras, agar tamu tidak diundang itu sadar bahwa kehadirannya tidak di harapkan.
Kristal hanya bisa memaklumi sikap Darel, walau begitu dia tetap mempertahankan senyumannya.
"Aunty Safira ada?"
"Gak ad—"
"Itu siapa Darel? Kok gak di suruh masuk?" Potong Safira yang sudah berdiri di dekat Darel.
"Siang Aunty," sapa Kristal ramah. Terlihat dari mimik wajah Safira, dia nampak terkejut dengan kehadiran Kristal di sana. Namun dia membalas dengan tersenyum dan mempersilahkan Kristal untuk masuk.
🌱🌱🌱
Di ruang tamu, suasananya sangatlah canggung. Kristal yang tidak tahu harus memulai dari mana, Safira yang masih terkejut akan kedatangan Kristal yang begitu mendadak, dan juga Darel yang sedari tadi menatap datar dan risih atas kehadiran Kristal.
"Kalau gak ada yang mau diomongin, mending lo pergi!" Sarkas Darel jengah. Terlihat jelas sekali anak bungsu keluarga Albert itu tidak nyaman dengan kehadiran Kristal.
"Darel!" Peringat Safira. "Mending kamu ke kamar aja, dari pada disini. Gak baik tau sinisin orang kayak gitu, apa lagi dia lebih tua dari kamu," lanjutnya menasehati yang hanya di balas oleh Darel dengan memutar bola matanya malas. Cowok itu tidak mengindahkan ucapan ibunya, dan tetap bertahan duduk di tempatnya.
"Tumben ke rumah aunty. Ada apa?" Tanya Safira menatap Kristal yang nampak gugup sedari tadi.
Kristal menggigit bibir bawahnya, sungguh, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Akhirnya ia menarik nafas pelan lalu menghembuskannya. "Keysa masih tinggal disini?"
"Ngapain lo nanya-nanya soal kakak gue?!" Sepertinya Darel tidak bisa menahan emosinya lagi. Apalagi topik pembahasannya mengenai salah satu wanita kesayangannya.
"Darel!" peringat Safira untuk kesekian kalinya—berusaha sabar menghadapi anaknya.
"Mommy?" Melas Darel. Cowok itu menatap Safira dengan tatapan sendu, seolah mengatakan fakta sebenarnya ia bersikap seperti sekarang ini. Ia tidak ingin ibunya itu luluh hanya dengan ucapan yang akan di keluarkan oleh gadis ular di hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Teen FictionSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...