"Duh, mana sih?" tanya Keysa entah pada siapa.
"Mana apanya?" tanya Alya balik yang sedikit kesal melihat Keysa sedari tadi sibuk membuka laci dari satu lemari ke lemari lainnya. Entah apa yang sedang dicarinya.
"Berkas pengeluaran uang tahunan sekolah. Kata Daddy, berkasnya biasa di simpan di sini," jelas Keysa sembari menunjuk salah satu laci yang ada di dalam lemari besar.
Tanpa menjawab perkataan Keysa, Alya mulai mengecek dengan teliti satu persatu berkas yang ada di dalam lemari. Begitu pun dengan Keysa yang kembali mencari berkas pengeluaran uang tahunan sekolah.
Kini mereka berdua tengah berada di ruangan pimpinan yayasan yang berada di lantai 5, dan tidak sembarang orang bisa memasukinya. Karena untuk masuk kedalam sana memerlukan sidik jari orang yang berkepentingan dan juga deteksi iris mata untuk mengakses pintu tersebut.
"Nah ketemu!" teriak Keysa kegirangan yang tanpa sadar membuat Alya terkejut karenanya.
"Kebiasaan banget sih Key teriak mulu." orang yang di tegur pun hanya bisa tersenyum tertahan.
Keysa kembali menatap berkas yang ada di tangannya. Berkas itu ia buka dan baca kata demi kata yang ada di atas kertas tersebut.
"Gila!" teriak Keysa sembari mengebrak meja.
Alya yang sedang duduk di sofa sembari memainkan benda pipih berwarna hitam itu, melompat kaget mendengar teriakan Keysa, dan hampir saja handphone nya yang menjadi korban.
"Lo kenapa sih?! Hampir aja hp gue jatoh, untung gue bisa nangkep. Dan tolong ya, teriakan nya di kontrol!" kesal Alya memperingati Keysa untuk ke sekian kalinya.
"Heheh sorry Al. Lagian ini nih yang bikin gue teriak." Keysa memperlihatkan berkas tersebut kepada Alya, dan Alya langsung membacanya, ia sempat kaget dengan apa yang ia lihat. Gila! Satu kata yang mewakili itu semua.
Bagaimana tidak? Disana tertera bahwa 2 bulan yang lalu sekolah meminta uang untuk renovasi lapangan basket dan Voly sebesar 100 juta. Dan sekarang di bulan ini meminta lagi dengan alasan renovasi bagian depan Sekolah dengan jumlah uang 300 juta. Belum cukup satu bulan, ia mengajukan surat untuk memperbaiki alat musik dan peralatan olahraga lainnya, sebesar 200 juta. Gimana nggak 'gila' coba? Ini beneran buat renovasi atau berfoya-foya? batin keduanya mulai berpikir kemana-mana.
"Nggak beres nih Key."
"Iya lah! gila tuh yang ngajuin permintaan. Masa belum sebulan udah minta lagi sih? Lagian juga perasaan kalau renovasi tuh lama kan ya? Apa lagi ngerenovasi bagian depan sekolah yang luasnya nggak kebayang."
Percakapan keduanya terhenti oleh ketukan seseorang yang berasal dari balik pintu. Keysa memberi isyarat kepada Alya untuk tidak mengeluarkan suara.
"Siapa?" teriak Keysa agar orang yang berada di luar mendengar suaranya.
"Tirta."
Keduanya bernafas lega dan segera menuju ke pintu—karena itu tandanya mereka sudah harus masuk ke kelas. Dan berkas yang ada di tangan Keysa sebelumnya sudah gadis itu aman kan kembali di tempatnya.
"Perhatian semua!" teriak seorang guru yang sedang mengajar di jam pertama itu sembari mengetuk-ngetuk papan tulis—untuk menarik semua atensi siswa yang ada di dalam kelas.
"Baik, hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing," ujar Bu Angel mempersilahkan dengan ramah.
"Aqilla Keysa Adara, pindahan dari California."
"Alya Bahira, pindahan dari California." berbanding terbalik dengan Keysa yang tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika pengenalan, Alya justru tersenyum dengan ramah kepada teman-teman barunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Genç KurguSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...