Happy Reading
....♡....
Di depan ruangan semua menunggu dengan wajah cemas.Bunda terus menangis dan ayah berusaha menenangkan sebisa mungkin.Tidak di pungkiri walaupun wajahnya memasang wajah tenang,tapi semua bisa melihat kekhwatiran yang jelas di wajah pria paruh baya itu.
Gilang bersandar pada tembok rumah sakit,ia menjamak kasar rambutnya prustasi.Ia gagal telah lalai menjaga adiknya.
Sama halnya dengan Gilang,Galang juga merasa bahwa dirinya telah lalai menjaga adik kesayangannya,ia terus berjalan mondar mandir dengan raut wajah khawatir.
Boy berlari di sepanjang koridor.Tidak peduli dengan teriakan orang-orang.Keningnya sudah berkeringat deras,jantungnya seperti bekerja dua kali lipat sejak mengetahui kabar mengagetkan itu.Di belakangnya Defan dan Saka berlari dengan wajah cemas.
"Dimana keadaan Prilly?"tanya Boy dengan tafas tersenggal-senggal.
Galang menatap geram Boy,ck ini semua ulahnya"Lo-"ucapannya terhenti.
"Tahan emosi lo"sela Gilang.
Galang menghembuskan nafasnya kasar,ia mengacak rambutnya kasar"Shit"umpatnya.
Boy berjalan mendekati Gilang.Ia mendudukan dirinya di samping Gilang"Gue minta maaf"lirihnya.
Gilang menoleh tanpa menghiraukan ucapan Boy.Boy menghela nafasnya.Ia sudah tau kalau Gilang dan Galang sedang marah kepadanya.
Lagi,mereka menunggu.Selama itu,yang di lakukan bunda hanya memejamkan matanya sambil berdo'a.Putrinya masih muda,kalau saja ia bisa menukar posisi dia rela ada di posisi putrinya sekarang.
Gilang berjalan mendekati Bundanya"Bunda tenang"katanya,sambil memeluk bunda.
Beberapa perawat keluar di susul dokter yang bertugas menangani Prilly.Wajah orang-orang itu tidak menampakan wajah bahagia.Sebaliknya,itu membuat semua semakin panik.Tangan Bunda bahkan sudah dingin.
Ayah memejamkan matanya sebentar.Berusaha untuk menyiapkan hati dengan kemungkinan-kemungkinan terburuk tentang putrinya.Sekarang yang hanya ingin di dengar hanyalah kabar Prilly.
"Gimana dengan keadaan anak saya?!"tanya ayah.
Dokter itu menghela nafas berat,dengan wajah muram."Pasien kehilangan banyak darah dan mengalami syok,Cidera di kepalanya juga berat".
Semua yang ada di sana syok mendengar ucapan dokter.Bahkan tangan Boy mendingin.
Ayah menghela nafas panjang sambil memijit keningnya sendiri dan langsung mengusap matanya yang basah."lalu bagaimana sekarang?"
"Kami butuh golongan darah O resus negatif.Stok di rumah sakit ini sedang habis untuk golongan itu.Kami juga sudah menghubungi PMI.Apa ada dari salah satu kalian bisa menyumbangkan darahnya?"tanya dokter.
"Golongan Darah saya sama.Jadi saya yang akan mendonorkan darah untuk putri saya"Kata.
Karena hanya dirinyalah yang mempunyai golongan darah yang sama dengan Prilly.Sedangkan kedua anak kembarnya memiliki golongan darah yang sama dengab istrinya.
Dokter mengangguk"kalau begitu mari bapak ikut kami untuk mentransporsi darahnya"Kata dokter yang di angguki Ayah.
Setelah menunggu lama akhirnya ayah keluar.Wajahnya pucat karena darahnya baru saja di ambil.Ayah langaung duduk di samping bunda.
"Terus kata dokter apa?"tanya Bunda.
Ayah menghela nafasnya berat"karena benturan keras di kepalanya.Dokter bilang Prilly harus di Operasi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy (Completed)
Ficção AdolescenteSedang di REVISI!!! BOY WILIAM selalu menutupi kerapuhannya,dengan sikap dingin nya. Dalam hidupnya tidak ada yang berkesan selain menatap Bintang di tengah malam. Sampai ada seorang gadis yang mampu membuatnya tersenyum kembali.Setelah bertahun-tah...