12

3.1K 339 22
                                    

"Mas--aku"

"cih, mencari pembelaan"

Bunda Rike masih menenangkan (namakamu). Sebenarnya Bunda Rike belum memahami apa sebenarnya terjadi diantara Iqbaal dan (namakamu) sekarang.

"le, sudah le, bicarain baik-baik sama (namakamu)"

Ayah Heri mencoba menenangkan Iqbaal yang nampak emosi. Dirinya sama bingung seperti Bunda Rike ada apa sebenarnya ini.

"Tapi yah, Ayah sama Bunda lihat kan dia datangnya lambat? Kemana lagi kalo ga langsung jalan-jalan habis cek"

Iqbaal menatap tajam mata (namakamu) yang sedang menatapnya sendu, terlihat dari mata perempuan itu kesakitan yang ia bendung. Tapi Iqbaal tetaplah dirinya.
Tidak perduli.

"Kamu sudah dewasa le, kamu bisa menyelasaikan masalah di dalam keluarga kamu sendiri"

Ayah Heri tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga anaknya ini, Iqbaal sudah berakal, seharusnya ia bisa menyelesaikan apapun masalah yang ada di keluarganya.

"Ayo Bun, biarin mereka berdua nyelesain masalah mereka"

Ayah menarik tangan Bunda Rike untuk menjauh dari Iqbaal dan (namakamu), terlihat ingin menolak, tetapi akhirnya Bunda Rike menurut untuk menjauh dari mereka berdua. Ayah Heri menarik Bunda memasuki kamar mereka yang berada di dekat tangga.

"Ayah--Bunda takut kalo Iqbaal emosinya berlebihan"

"Percaya sama mereka berdua Bun"

Rike mengangguk pelan, kepalanya menjadi pening seperti ini jadinya.
__________

"Mas--biar aku jelasin dulu Mas"

Iqbaal tersenyum sinis disebrang kursi (namakamu).

"Mau jelasin apa hah!?"

"Aku cuma diantar Kak Zay kesini Mas, ga ada jalan-jalan sama dia"

"Aku nunggu kamu tadi di Halte, aku sudah berusaha hubungin kamu, tapi kamu ga aktif Mas"

"Gue ga perduli (nama), kenapa ga sekalian pergi jauh sama Zay, biar hidup gue tenang"

"Kamu ngomong apa Mas, aku bukan yang kaya kamu pikirin, Aku Istri kamu Mas"

"Istri lo bilang?!"

(namakamu) mencoba menahan air matanya supaya tidak mengalir lagi, matanya lelah sekali, selalu saja mengeluarkan air mata jikalau berhadapab dengan Iqbaal.

"Gue ga butuh Istri kaya lo!"

Tamparan kenyataan itu memberi kepedihan pada diri (namakamu), rumit sekali kisah hidupnya ini. Istri yang tidak diinginkan itukah dirinya ini, setiap hari merasakan sakit dari Suaminya.

"Gue akan ngurus secepatnya surat cerai"

(namakamu) menjerit kesakitan dalam hatinya, menimbulkan air mata kesakitan itu keluar.

"Mas--cari solusi lain Mas, cerai bukan solusi semua ini Mas"

"Bagi gue ini solusi yang baik"

"Ga benar Mas--hiks, aku mohon Mas-- Aku sayang sama kamu Mas"

(namakamu) sangat terpukul, mendengar kata Iqbaal, hati Iqbaal benar-benar tertutup rapat untuk dirinya, ia berjuang sendiri untuk mempertahankan rumah tangganya.

"Lo sakit, gue juga sakit (nama)"

Iqbaal sadar betul perlakuannya yang membuat (namakamu) sakit hati maupun fisiknya, tetapi anehnya perempuan ini masih bertahan selama satu tahun ini dengan segala kesakitan yang ia berikan.

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang