Seperti kemauan Zay, dirinya tengah duduk diruang tamu bersama dengan (namakamu). Saat itu (namakamu) yang beberapa hari dirawat dirumah sakit, dirinya benar-benar menjaga (namakamu) dari gangguan Iqbaal.
Dan berhasil, ia menjaga (namakamu) sampai diperbolehkan pulang satu minggu yang lalu.
"Kamu harus makan yang bergizi terus ya, itu perlu buat nutrisi baby kamu"
(namakamu) mengangguk menanggapi. Sebenarnya (namakamu) sangat lelah, pasti Zay akan membicarakan Negara baru untuk dirinya tempati nanti.
"Aku sudah bicara sama Ayah kamu untuk bawa kamu pulang--"
"Pulang?"
"Iya, pulang ke Jakarta"
Ternyata dugaan (namakamu) salah, Zay tidak akan membawa dirinya pergi ke Negara lain, tetapi untuk kembali ke Jakarta.
"Ayah belum ngasih tau aku"
Memang benar Ayahnya belum membicarakan apapun mengenai rencana ini.
"Kamu tenang aja, kita pindah nunggu kamu siap (nama)"
"kan kondisi kamu sekarang masih kurang memungkinkan buat bepergian, apalagi baby kamu"
"Gimana kalo aku nolak buat pulang?"
Zay mengernyitkan dahinya heran.
"Kamu sendiri disini, ga mungkin ninggalin kamu sendiri, Ayah sama Bunda kamu ga mungkin bisa stay terus sama kamu disini (nama)"
"Apalagi Iqbaal sudah mengetahui keberadaan kamu (nama)"
"Kalo itu alasannya, apa bedanya dengan aku pulang kesana lagi?"
"Setidaknya kamu aman disana (nama), ada yang jagain kamu"
(namakamu) terkekeh mendengar penuturan Zay. Tidak habis pikir mengapa menjadi serumit ini, dirinya lelah membawa dirinya ini kemana-mana, hanya untuk mencari ketenangan hidup.
"Cukup kamu sendirian waktu kamu hamil dulu disini, sebenarnya aku ga tega sama kamu (nama), tapi aku harus bertindak, supaya kamu tetap aman, jauh dari gangguan Iqbaal"
"Tetapi aku ga bisa lagi (nama) biarin kamu sendiri disini maupun di Negara orang lain lagi"
"Aku sadar akan hal itu (nama), aku merasa kehilangan kamu saat kamu ga ada disekitar aku"
"Maaf telah memunculkan kembali perasaan yang pernah aku simpan untuk kamu (nama)"
"Aku tau itu sulit (nama) melupakan seseorang yang kita cintai, kita sudah dapat merasakannya bukan?"
(namakamu) diam, ia mengerti akan maksud tujuan dari perkataan Zay ini.
"Aku kalah, aku akui itu, tetapi tidak dengan Iqbaal kembali nyakitin kamu lagi (nama)"
"Bahkan aku belum menyetujui ajakan Mas Iqbaal buat rujuk. Kak Zay menyimpulkan darimana bahwa Mas Iqbaal nyakitin aku lagi?"
"Semuanya sudah jelas (nama), Iqbaal menyebabkan kamu seperti ini, kamu ga sadar?"
"Aku sudah ikhlas kak pisah sama Mas Iqbaal, tapi aku harus nanya ke siapa tentang hati aku yang selalu ada Mas Iqbaal kak, aku sudah berusaha melupakan, tapi masih sama--perasaan ini ga bisa bohong kak"
Benar dugaan Zay, (namakamu) masih mencintai Iqbaal, hal apa lagi untuk membuka pikiran (namakamu), padahal ia tidak mengada-ada tentang hal tersebut.
"Aku mau istirahat"
(namakamu) melangkah menuju tangga, belum sempat menginjakan kakinya ke anak tangga, perkataan Zay membuat dirinya terkejut--, terlalu janggal bagi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies
General Fiction"Kamu gak pernah berubah Mas, dari dulu, sakit" (namakamu) menepuk dadanya, karena tidak tahan mendapatkan perlakuan dari suaminya itu. Ya, Iqbaal adalah suami (namakamu). "Dengar ya, gue ga pernah mau ada lo dikehidupan gue, pergi!" "Mas Iqbaal, ak...