"(namakamu), tunggu kaka di lobby Hotel ya, sebentar lagi kaka berangkat"
(namakamu) menutup pintu Hotel tempat ia menginap tadi malam. Ia harus menunggu Zay terlebih dahulu untuk mengantarkan dirinya pergi dari daerah ini. Ia juga sudah meminta izin kepada keluarganya bahwa untuk beberapa bulan ini atau setidaknya sampai ia melahirkan akan berada ditempat yang jauh dari jangkaun orang-orang yang ingin ia hindari, seperti Iqbaal.
(namakamu) menuju resepsionis untuk melakukan check out. Setelah selesai ia duduk dikursi penunggu dekat pintu utama. Saat (namakamu) menoleh kearah pintu, matanya menangkap sosok Iqbaal yang memasuki Hotel ini dengan tergesa-gesa dengan dikawal beberapa orang.
(namakamu) menahan napasnya, dirinya takut apabila Iqbaal menoleh kebelakang, dan melihat dirinya ada disini. Keringat membasahi kenig (namakamu). Iqbaal tidak boleh mengetahui keberadaan dirinya disini. (namakamu) keluar dari lobby Hotel lalu melihat kearah ke posisi Iqbaal yang masih berbicara dengan seseorang, kemudian mereka masuk kedalam restaurant yang ada didalam Hotel Lexius ini.
(namakamu) menghembuskan nafas lega saat melihat Iqbaal memasuki Restaurant. Ia memilih duduk di kursi samping Hotel untuk menunggu Zay, untung saja cuaca pada pagi hari ini mendung. Ia mengusap peluhnya yang bercucuran.
"Bu (namakamu)--"
(namakamu) terkejut saat mendengar suara perempuan yang memanggil dirinya. Perempuan itu Citra, sekretaris Iqbaal.
"Ibu apa kabar?"
"Saya baik"
"Sy--"
"Kamu sudah dicari Iqbaal didalam"
"Ah ya Ibu, saya pamit"
Citra berlalu dari hadapan (namakamu). Semoga saja Citra tidak memberitahu Iqbaal bahwa ada dirinya disini. Ia mencoba untuk tidak khawatir akan hal itu.
Selang beberapa menit (namakamu) menunggu Zay. Zay akhirnya datang, kemudian keluar mendatangi (namakamu).
"Sorry lama, ada sedikit urusan sama pasien, ayo kita berangkat sekarang"
---------
Ternyata tidak seperti yang diharapkan Iqbaal, meetingnya kali ini berlangsung secara lamban, ia beberapa kali melihat ke jam tangannya. Kliennya sekarang ini banyak bicara sekali.
"Sebentar"
Iqbaal melangkah keluar, ia meminta Egy untuk menggantikannya. Sedari tadi dirinya merasa tidak nyaman, ia harus mencari (namakamu). Iqbaal melangkah kembali masuk kedalam restaurant.
"Mohon maaf, saya tidak dapat mengahadiri metting ini sampai selesai, nanti digantikan dengan Wakil saya. Permisi"
"Citra, kamu list dahulu, sembari nunggu Egy datang, laporannya saya tunggu setelah kalian selesai"
Iqbaal berlalu begitu saja, tidak mengindahkan tatapan kliennya tadi.
Iqbaal mengambil mobilnya dan menuju kerumah Sakit Harapan, tempat Zay bekerja.Sesampainya di rumah sakit, Iqbaal masuk kedalam ruangan Zay, tapi tidak ia temukan keberadaan Zay. Ia keluar lagi menuju meja informasi.
"Permisi, Zay pergi kemana ya? Saya ada janji"
"Sebentar pa, saya hubungi Dokter Zay terlebih dahulu"
Iqbaal mengetuk-ngetuk meja itu dengan jarinya, menunggu jawaban dari perawat di depannya ini.
"Dengan bapa siapa?"
Iqbaal mendelik kearah papan kecil disamping pas bunga, ya itu nama pasien-pasien Zay. Ia harus menggunakan cara seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies
General Fiction"Kamu gak pernah berubah Mas, dari dulu, sakit" (namakamu) menepuk dadanya, karena tidak tahan mendapatkan perlakuan dari suaminya itu. Ya, Iqbaal adalah suami (namakamu). "Dengar ya, gue ga pernah mau ada lo dikehidupan gue, pergi!" "Mas Iqbaal, ak...