30

3.6K 435 43
                                    

Veerza menatap kertas dihadapannya, pria dihadapannya ini menjelaskan bahwa dirinya diperintahkan oleh Iqbaal mencari keberadaan (namakamu).

Perasaan Veerza menjadi sesak saat melihat foto (namakamu) yang pria itu maksud. Ia orang yang dirinya tebak pada saat itu.

Tidak menyangka bahwa Iqbaal akan bersikap seperti ini kepada dirinya.

"Apakah sudah berakhir?"

"Tidak akan berakhir apabila nona (namakamu) belum ditemukan"

"Zay juga menutup erat untuk hal ini, ia ingin menjauhkan nona (namakamu) dari pak Iqbaal"

Veerza juga tidak menyangka bahwa Zay mengenal Iqbaal. Veerza meyakini bahwa Iqbaal telah menduakan dirinya. Pria dihadapannya sebenarnya hanya anak buah dari Egy.

Egy adalah kunci dari hal ini. Sebenarnya. Pria ini tidak tahu menahu urusan hal tersebut. Ia hanya disuruh untuk mencari bukti keberadaan (namakamu). Veerza mempercayai perkataan orang yang kurang tepat.

"Beritahu saya tentang selanjutnya"

"Baik"

Veerza beranjak keluar dari Cafe Coffe, setelah ini ia akan mengunjungi Iqbaal dikantor.

Sesampainya Veerza dihalaman Perusahaan Iqbaal, ia berpapasan dengan Egy. Egy terlihat panik saat keluar dari lift.

"Egy"

Egy menoleh ke arah Veerza yang urung memasuki lift.

"Iqbaalnya ada?"

"Mohon maaf bu pa Iqbaal sekarang tengah cuti"

Veerza menatap Egy bingung, kenapa dirinya tidak mengetahui bahwa Iqbaal mengambil cuti.

"Sekarang Iqbaal dimana?"

"Pa Iqbaal dirumah sakit--"

Mengapa Veerza tidak mengetahui Iqbaal sedang dirumah sakit sekarang, pikir Egy.

"Rumah sakit mana?"

"di Rumah Sakit Harapan--saya mohon pamit terlebih dahulu"

Veerza menatap langkah Egy, seperti ada yang Egy sembunyikan dari dirinya mengenai Iqbaal. Setelah itu ia kembali ke area parkiran mengambil mobilnya lalu menuju ke Rumah Sakit Harapan.

-------------

"le sadar le"

Bunda Rike mengenggam tangan Iqbaal yang tengah terbaring di brankar Rumah Sakit. Seiring cairan infus itu menetes. Zay memasuki ruang inap Iqbaal.

"Bunda"

"Zay, ale baik-baik aja kan ini?"

Zay mengulas senyumnya. Iqbaal melukai dirinya sendiri, dan hampir kehabisan banyak darah, tetapi kondisi Iqbaal sekarang sudah membaik.

"Bunda tenang aja ya, Iqbaal sudah membaik ko"

Bunda Rike bernafas lega, kemudian ia duduk dikursi kecil dekat Iqbaal terbaring.

"Zay--(namakamu) benar hamil ya?"

Zay menghentikan aktifitasnya, selalu saja ia kesulitan saat seperti ini, ia ingin melindungi (namakamu) dari mereka tetapi disisi lain dirinya tidak tega mengabaikan orang yang ia anggap seperti orang tuanya sendiri.

"Iya Bunda--"

"Dokter Zay, ada telpon dari pasien anda"

Zay menatap Bunda Rike. Bunda Rike mengerti tatapan Zay, lalu tersenyum menanggapi. Setelah itu Zay keluar dari ruangan ini.

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang