36

2K 282 42
                                    

Selamat membaca❤

--------

Sepanjang jalan, Veerza tidak dapat menghentikan air matanya yang terus mengalir dikedua pipinya. Ia menghapus air matanya kasar.

Setelah ia bertemu dengan Zay, tidak terlalu lama. Ia menanyakan tentang (namakamu), keberadaan (namakamu) yang dikabarkan (namakamu) hilang kabar beberapa bulan yang lalu, hanya ingin memastikan saja. Padahal ia sudah tahu keberadaan (namakamu) sekarang.

Siapa tau bukan dari Zay ia dapat hal yang belum ia ketahui. Begitu pikirnya.

Saat ia mulai menyanyakan kemana keberadaan (namakamu) sekarang. Zay hanya menjawab, (namakamu) sudah bahagia hidup di Malaysia. Hanya itu saja.

Sangat diluar harapannya. Maka dari itu pertemuan mereka begitu singkat. Melelahkan dirinya saja jauh-jauh mendatangi Zay.

Sebentar. Veerza melihat mobil Iqbaal yang terpakir dihalaman cafe disebrang sana. Tidak salah lagi itu Iqbaal. Ia melihat Iqbaal dan Egy memasuki mobil berwarna hitam itu dan melaju dengan arah yang berlawanan dengan dirinya.

Ingin kemana perginya mereka, ini pasti ada kaitannya dengan (namakamu). Ia memutuskan untuk mengikuti arah mobil itu.

Veerza memberhentikan mobilnya saat melihat mobil Iqbaal berhenti di depan toko perhiasan. Tunggu dahulu untuk apa? Lalu ia ingin menghampiri Iqbaal, tetapi niatnya ter-urungkan karena mendengar suara nyaring klakson dari kendaraan lain dibelakangnya, mengingat kondisi mobilnya berhenti ditengah jalan.

"Arrgh sial"

Veerza menutup pintu mobilnya kembali, sebelum dirinya menyebabkan kegaduhan, dan berakhir ketahuan Iqbaal, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalannya.

-------

"Ayah, kapan sampai?"

Zay memasuki ruangannya, dan menemukan pria paruh baya tengah duduk di kursi.

"Baru aja Ayah sampai"

Zay duduk dikursi kerjanya persis dihadapan Ayah (namakamu).

"Ayah belum ngasih tau ke (namakamu) mengenai keputusan Ayah waktu itu"

"Zay paham betul kondisi (namakamu) sekarang yah--"

"Rencananya lusa Ayah kesana"

"Buat ngasih tau secara langsung sama (namakamu)"

"Zay rasa (namakamu) belum siap yah"

Ayah (namakamu) menatap Zay heran, ada keraguan diwajah Zay.

"dan juga bayi (namakamu) masih rentan apabila melakukan perjalanan, resikonya sangat besar yah--"

"Jadi yang kita lakukan sekarang ini, hanya mengawasi (namakamu) dari gangguan Iqbaal"

"mengawasi dari jauh?"

"itu sama saja, Ayah memberikan kesempatan buat Iqbaal lagi"

"Iqbaal terlau lincah Zay"

Zay mencoba memutar otaknya, untuk mendapatkan sebuah ide, supaya (namakamu) tetap aman disana. Banyak hal yang harus ia pertimbangkan.

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang