Surat pemanggilan dari pengadilan sudah ada ditangan Iqbaal sekarang, terhitung sudah beberapa hari ini ia menyimpan surat ini, tepat hari esok keputusan sidang mereka. Iqbaal sudah memberi tahu dengan keluarganya dan tentunya keluarga (namakamu) juga, dirinya sempat dihamuk oleh Bunda Rike dan pihak keluarga (namakamu).
Tetapi apa boleh buat lagi kan? Ini maunya, sekarang dapat ia rasakan bagiamana hasil keputusan dari pengadilan besok. Dirinya sekarang berada di kantornya, tepatnya diruangan istirahatnya. Dirinya tidak pulang kerumah, mungkin tidak akan pernah lagi. Biarlah dirinya yang mengalah untuk meninggalkan rumah itu.
Tidak seperti yang Iqbaal kira, ternyata surat pengajuannya kepengadilan tidak lah sebentar menunggu waktu seminggu untuk menunggu. Tepat saat (namakamu) masuk rumah sakit dan sekarang sudah satu minggu berlalu dirinya tidak pernah memunculkan wajahnya di hadapan (namakamu) setelah (namakamu) menampar dirinya pada waktu itu.
Iqbaal tersenyum kecut saat mengingat hal itu. Kemudian dirinya beranjak menuju jendela yang menghubungkan penglihatannya ke dunia luar. Teringat sesuatu, Iqbaal mengambil pas photo kecil yang tertelungkup di atas nakas. Ini memang menjadi favoritenya sejak dahulu. Sosok perempuan yang tersenyum manis menggunakan hijab. Alea Rahmadhani, nama yang cantik bukan? Iqbaal masih mengandai andai jika saja dia tidak membiarkan Alea pergi waktu itu.
"Ale ga akan bisa bun--Alea--Arghh"
"le--ini takdir dari yang Maha Kuasa le, kamu sabar ya sayang"
"Besok bun aku sama Alea nikah bun--Kenapaaa bunda"
Iqbaal menumpahkan kesakitan hatinya saat Alea pergi untuk selamanya, tidak ada lagi senyuman manis dari Alea dan sikapnya yang periang. Iqbaal hampir gila saat itu, bagaimana tidak ia dan Alea sudah menjalin hubungan yang sangat lama.
"Iqbaal, sadar nak hei"
Bunda Rike memeluk Iqbaal erat, menenangkan Iqbaal.
"Aleea Bundaa"
"Iyaa sayang iya"
Bunda Rike mengusap wajah Iqbaal, mencoba mengambil kesadaran Iqbaal. Keadaanya sangat kacau.
Dirinya dalam keadaan yang kacau saat itu, hingga ia menuruti apa kata kedua orang tuanya menikahi Adik kandung Alea yang bernama (namakamu). Iqbaal benci itu, tapi satu yang tidak bisa ia tolak dalam hidupnya adalah keinginan orang tuanya, yang saat itu menyuruh dirinya menikahi (namakamu). Dia kenal (namakamu) dengan baik sebelum itu, tetapi tidak saat (namakamu) menjadi Isterinya. Rasa benci itu semakin besar disetiap harinya bersama (namakamu).
"Mas Iqbaal"
Panggilan (namakamu) kepada dirinya, persis seperti Alea memanggil dirinya, suara dan tingkah (namakamu) sama seperti Alea. Iqbaal benci saat melihat sosok (namakamu) yang mempunyai suara dan tingkah yang persis seperti Aleanya. Apabila kita berpikir seharusnya hal itu menjadi acuan Iqbaal menyangi (namakmau) bukan? Tapi Iqbaal tetap lah dirinya, tidak bisa terbantahkan atas pilihannya. (namakamu) bukanlah Aleanya.
Ah sudahlah mengingat hal itu membuat dirinya sakit. Iqbaal beranjak keluar ruangannya menuju parkiran, ia ingin menenangkan pikirannya terlebih dahulu.
----------
"Kamu siap kan besok?"Bunda Gina--Ibu (namakamu) duduk disamping (namakamu) yang tengah memandang ke arah taman belakangnya yang dipenuhi dengan Bunga Mataharinya. Nampak sebagian layu, tidak terurus oleh dirinya.
"(namakamu) siap Mah--"
(namakamu) menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari Bunga Mataharinya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies
General Fiction"Kamu gak pernah berubah Mas, dari dulu, sakit" (namakamu) menepuk dadanya, karena tidak tahan mendapatkan perlakuan dari suaminya itu. Ya, Iqbaal adalah suami (namakamu). "Dengar ya, gue ga pernah mau ada lo dikehidupan gue, pergi!" "Mas Iqbaal, ak...