02

4.4K 308 4
                                    

Satu jam sudah Iqbaal di dalam ruangan berbau obat-obatan ini, sungguh muak sekali dirinya, Bundanya sedari tadi tidak datang-datang.

"ck, Bunda kemana sih, lama banget lagi"

Iqbaal memandang jam dinding di atas pintu. Iqbaal sangat mengindari menatap (namakamu) yang sedang terbaring dengan infusan di tangan kanannya. Padahal sedari tadi (namakamu) tidak tidur, dia ingin sekali mengajak Iqbaal berbicara, tetapi Iqbaal selalu mengindarinya.

"Mas"

(namakamu) sudah tidak tahan dengan keheningan diantara mereka saat ini. Iqbaal tidak bergeming dia tetap memandang ke arah layar Handphonenya. Seperti menyibukan dirinya.

"Mas Iqbaal, mau makan?"

Iqbaal terkejut saat (namakamu) bertanya, lebih tepatnya seperti perhatian, tapi tetap saja Iqbaal mengabaikannya, walaupun Iqbaal ingin, tetapi egonya lebih tinggi.

"Mas Iq..."

"Bisa diam gak sih lo"

Ctarr, hati (namakamu) bergemuruh sakit, saat Iqbaal melontarkan perkataan tersebut.

"Maaf" cicit (namakamu)

"Dengar ya, gue ga lapar, ga usah ngomong sama gue lagi"

(namakamu) mendengar itu terisak sakit, inikah suaminya yang ia dambakan.

"hiks, bisa ga sih, aku ngerasain kepedulian kamu Mas"

Akhirnya Iqbaal melihat ke arah (namakamu) kemudian Iqbaal bangkit dari sofa yang berada di ujung sudut ruangan inap (namakamu).

"Apa lo bilang kepedulian? nih ya gue mau kasih tau lo dari sekarang, gue ga bakalan ngelakuin ke lo (nam), gue sudah buat ini dari lama"

Iqbaal menunjukan kertas ke arah (namakamu) kemudian menyodorkan sebuah pena. (namakamu) paham sekali apa yang Iqbaa maksud, ya ini sebuah peraturan dalam rumah tangga mereka.

"Mas, aku ga bisa tandatanganin ini Mas, aku sayang sama kamu tulus"

"cih bualan, tandatanganin cepat, gue mau balik ke kantor, nanti gue suruh Zay yang kesini nemenin lo"

"Mas, aku mohon Mas"

Iqbaal menatap (namakamu) murka, ia tidak suka dibantah oleh siapapun, apalagi seorang (namakamu) yang tida ada sama sekali artinya di kehidupannya.

"Lo ya! Apa susahnya sih cuma nandatanganin ini"

Iqbaal melepar kertas dan pena kasar ke (namakamu) dan mendarat diatas perut (namakamu).

"Mas awss, sakittt"

"Cepat tandatanganin ga!"

Iqbaal mencengkram dagu (namakamu) erat.

"Mas lepasin sakittt"

"Sebelum lo tandatanganin itu gue ga mau lepasin"

Percayalah sakit dihatinya jauh lebih sakit dari pada cengkraman Iqbaal didagunya.

Apa Iqbaal akan menceraikannya dalam kurun waktu dekat ini, dengan surat ini pasti Iqbaal akan mudah menceraikan (namakamu).

"Cepat (nama)!"

(namakamu) mengambil pena, kemudian

"Assalamualaikum"

Dengan cepat Iqbaal melepas cengkramannya di dagu (namakamu) kemudian mengambil kertas yang ada di genggaman (namakamu).

"Urusan lo belum selesai"

Iqbaal mengambil Jas nya yang terlampir di atas sofa, kemudian keluar ruang inap (namakamu).

________________

________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iqbaal Hernawan

Samia as (namakamu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samia as (namakamu)

_

_____________

Yaaa gengss itu dulu yaa, gumussh liat samianyaa. Trimakasii sudaa membaca, dukung terus karya ku yaa, dengan cara vote and comment.

Luvv yaa....

01/03/20

Foto by Pinterest

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang