20

3.3K 421 31
                                    

Iqbaal dan (namakamu) duduk bersebelahan, menunggu keputusan yang diberikan pihak pengadilan kepada mereka. Iqbaal menoleh kearah (namakamu), tiada lagi air mata yang sering Iqbaal lihat. Mustahil perempuan--ah wanita itu tegar pikir Iqbaal. Pikiran Iqbaal buyar saat suara berat itu mengintruksi.

"Baiklah, kedua belah pihak sudah disetuju dan tidak ada unsur keterpaksaan atas hal ini, maka pada pagi ini kalian telah resmi bercerai"

Di ruangan ini, menjadi saksi, pada pagi hari ini mereka telah resmi bercerai. (namakamu) nampak tegar, tidak ada air mata yang mengalir, ini begitu cepat pikir (namakamu) dan bangkit kemudian tersenyum saat matanya bertemu dengan manik Iqbaal.

"Terima Kasih"

Lalu (namakamu) berlalu berjalan untuk menemui Bundanya yang duduk di kursi belakang, dan tentunya ada orang tua Iqbaal.

"(namakamu)"

Bunda Rike memeluk (namakamu) erat, air mata wanita itu mengalir dengan derasnya saat menyaksikan sidang perceraian tadi.

"Bundaa--"

(namakamu) berujar lirih, bohong kalau hatinya tidak sakit melihat Bunda Rike menangis seperti ini.
(namakamu) merenggangkan pelukan Bunda Rike lalu, mencium tangan Bunda Rike.

"Aku minta maaf Bunda--ini sudah jadi jalan hidup (namakamu) sama Mas Iqbaal"

"Terima kasih Bunda selalu baik sama (namakamu)"

(namakamu) menatap Bunda Rike, kemudian tersenyum simpul.

"Ayah--"

(namakamu) mencium tangan Ayah Heri, dapat (namakamu) rasa Ayah Heri mengusap kepalanya.

"Terima Kasih (nama), kamu sudah menjadi Isteri Iqbaal yang baik"

"Aku izin pulang Ayah--Bunda"

"Jangan lupain kami ya sayang"

"Astagfirullah, aku ga sampai hati kaya gitu Bunda"

(namakamu) terkekeh pelan, saat mendengar penuturan dari Bunda Rike, dirinya akan merindukan mereka.

"Aku duluan ya Bunda"

"Hati-hati ya"

Ayah Heri menenangkan Bunda Rike yang nampak tidak kuat saat (namakamu) berjalan keluar meninggalkan mereka.

Ruangan ini sudah sunyi, yang hanya tersisa merek bertiga, Ayah Heri, Bunda Rike dan Iqbaal yang masih berdiam diri di tengah ruangan.
Bunda Rike menghampiri Iqbaal.

Plak

"Sudah puas kamu le! Nyakitin (namakamu) hah!"

"Kamu bisa nolak diawal kalau kamu ga suka sama dia! Kamu nyakitin dia le!"

"Maaf bun--"

Iqbaal tertunduk, tidak berani menatap Bunda Rike yang nampak marah sekali terhadap keputusan berpisah dirinya dengan (namakamu).

"Bunda--sudah"

"Pulang le"

Kemudian Ayah Heri membawa Rike berjalan keluar ruangan ini, lalu meninggalkan Iqbaal sendiri.

-----------

"gimana, Kamu masih mau tinggal di Apartement?"

"Iya Bun"

"rencananya kapan?"

"maunya sore ini Bunda"

"lah kok sore ini, Bunda kan berangkat sore sayang"

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang