Part 10

5.9K 329 4
                                    

***
Aku menunggui Mas Ken di Ruang ICU, kebetulan ibu mertua kembali ke rumah dengan alasan ada keperluan mendadak.

Operasi Mas Ken berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan, namun hingga saat ini dia belum juga siuman.

Jika ada yang bertanya kenapa aku masih saja peduli pada pria brengsek ini, itu karena aku hanya ingin bertanggung jawab. Selebihnya tidak ada. Bagaimana dengan kasih sayangku padanya? Jawabannya tidak ada. Rasa cintaku yang hanya tinggal secuil itu menghilang bersamaan dengan  Mas Ken melayangkan tangannya ke wajahku saat itu.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan disaat Mas Ken sadar nanti, hingga saat ini aku belum menemukan jalan yang tepat untuk permasalahan ini.

"Permisi, mbak. Saya mau memeriksa pasien."

Aku menoleh sebentar ke arah Dokter yang aku sendiri tidak tahu sejak kapan dia berdiri di belakangku. Sepertinya dia seorang Dokter muda.

"Silahkan, dok."

Aku sedikit bergeser dan memberi ruang kepada Dokter tersebut.

Jika di lihat-lihat, Pak Dokternya ganteng juga. Hihihi. Yaah, meskipun setengah wajahnya di tutupi masker, tapi aku sangat yakin Dokter muda itu tersenyum padaku. Anjay, ngarep.

"Keadaannya sudah stabil, mungkin sebentar lagi dia siuman."

Aku tersenyum lebar, menatap lekat-lekat wajah Pak Dokter. Jarakku dengannya sangat dekat, membuatku sangat leluasa untuk membandingkan tinggi badan Mas Ken dan Pak Dokter. Tuh kan, benar dugaanku. Tinggian Pak Dokternya mah, aku saja cuma sebatas ketiaknya.

"Maaf,mbak. Mbak kenapa nempel-nempel di ketiak saya, yah? Ada yang aneh?"

Deg! Aku bersusah payah menelan salivaku sendiri, aku baru sadar jika aku sudah berdempet di ketiak Pak Dokter. Aduh,malu bangeeeeeett!!!

"A..anu, Pak Dok, ehehehe... Saya cuma pengen ngukur tinggi badannya pak dokter saja. Ternyata ketiak Pak Dokter tepat di kepala saya." jawabku sambil menunduk, rasanya aku pengen kabur saja dari situ. Malu bangeeeet.

"Ohh... Saya pikir mbak punya niat jahat."

Mataku terbelalak kaget, kesal juga jika harus di tuduh seperti itu. Enak aja dia bilang aku punya niat jahat, nyesel aku! Salah aku juga sih, kecentilan bangat jadi orang.

***
Malam ini aku memutuskan untuk pulang ke rumah, karena sebentar lagi ibu mertua pasti datang menunggui Putra kesayangannya. Dan si Pelakor Raisha, pasti dia juga datang, karena beberapa hari ini aku sering memergokinya menjenguk Mas Ken diam-diam. Daripada aku ribut dengan mereka, lebih baik aku pulang saja. Toh, buat apa aku peduli? Tidak ada untungnya bagiku.

Aku segera bersiap-siap untuk pulang, namun aku kaget saat Mas Ken menarik pergelangan tanganku dengan cepat.

"Mau kemana kamu, Aini? Masih mau pergi di saat keadaanku seperti ini, iya?" racaunya dengan suara sedikit serak.

"Kamu sudah sadar, Mas?"

Aku membantu Mas Ken duduk.

"Sebenarnya kamu siapa?"

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Mas Ken, tapi mengambil air minum di atas meja dan menyerahkannya pada Mas Ken.

"Kamu harus banyak minum air, Mas. Itu sangat penting untuk pemulihan kesehatanmu."

"Aku tidak butuh nasehatmu, Aini. Jawab pertanyaanku, siapa kamu sebenarnya?!"

Aku tertawa kecil melihat ketakutan di wajah Mas Ken, ternyata kamu bisa takut juga ya Mas.

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang