POV DOKTER ADIT
***
Sempat marah dan melakukan penyerangan terhadapku, akhirnya si Macan cantik terlelap juga. Jujur, sangat sulit membujuk istriku ini, harus ekstra sabar dan sangat hati-hati. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi.Ku tatap wajah imutnya yang selalu menggemaskan itu, wajah polos yang sudah membuatku jatuh cinta setiap hari. Dalam keadaan terlelap pun, ia tetap terlihat menggemaskan. Membuat jiwaku meronta.
Hm, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku harus memotong kuku si Macan cantik.
Dengan cepat kuambil gunting kuku di laci meja, mumpung ia terlelap, aku harus memotong kukunya. Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin ada korban lain setelah aku. Hehehe.
Ku raih jemarinya, dan mulai memotong kukunya yang tidak terlalu panjang tersebut satu-persatu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah istriku bangun nanti, entah ia akan mengamuk atau menangis, aku pasrah. Setidaknya, kuku si Macan sudah kupotong.
Oke, selesai. Mimpi yang indah, istriku tercinta.
***
"Aaaaakkkkkkhhhh! Maaaaaaaaaas!"Aku terbangun dari tidurku dan membuka mata lebar-lebar saat mendengar teriakan Aini, ada apa dengannya?
Dengan mata setengah mengantuk, kupaksakan diri untuk bangun dan menghampiri istriku di depan cermin.
"Ada apa, sayang?" tanyaku langsung memeluknya dari belakang.
"Mas, lihat, kuku-kuku aku hilang, Mas." rengeknya seraya menunjukkan ke sepuluh jarinya tepat di depan mataku. Hampir saja mataku ini di coloknya.
"Hilang? Gak hilang kok, itu kuku macannya masih nempel di jari kamu."
"Aiish, Mas, bukan itu maksudnya! Lihat dan perhatikan baik-baik, hilang, kan?"
"Gak kok, masih ada."
Aku berusaha menahan tawa agar tidak pecah kala melihat wajah istriku yang memelas, ah, menggemaskan sekali. Rasa kantuk pun hilang seketika.
"Mas, jangan-jangan ini kerjaan Mas, ya? Mas apakan kuku-kukuku?" tanyanya penuh selidik, gawat.
"Eheheh, Mas gunting." jawabku langsung memeluknya erat agar ia tidak menyerangku lagi.
"Apa? Mas, lepas!"
"Gak mau."
"Lepas, gak?"
"Gak."
"Maaassss!"
Baru saja Aini hendak mendaratkan giginya di pundakku, terdengar ketukan di depan pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Koko, ada apa? Kalian kok ribut? Kedengaran sampai ruang tamu, loh." teriak Mama dari luar kamar.
Astaga, itu mama. Dengan cepat ku lepaskan Aini dan bergegas membuka pintu kamar.
"Pagi, Ma." sapaku sembari menampakkan senyum termanisku.
"Pagi juga, Ko. Koko, kamu gak sopan, ya?" cetus Mama tiba-tiba mengomel dan membuang muka, membuatku terheran-heran.
"Gak sopan gimana, Ma?"
"Lihat tuh! Dasar, ceroboh! Telanjang dada pula! Cepat benahi dirimu!"
Mama bergegas pergi meninggalkan kamarku, semakin membuatku bingung.
Sesegera mungkin aku mengecek ke arah yang di tunjuk Mama.
Astaga! Pantasan, ternyata aku hanya memakai celana super pendek saja, tapi bukan kolor, ya. untung gak sampai kelihatan. Kalau saja iya, bisa malu tingkat dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
AcciónJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...