***
Malam ini aku tidak bisa tidur dengan tenang, perutku masih terasa nyeri dan kepalaku sedikit pening. Ah, aku baru ingat, aku masih menyimpan obat dari Dokter Widya, kenapa aku tidak coba meminumnya? Barangkali dengan meminum obat-obat itu, sakit perutku segera sembuh. Bukankah sebelumnya aku tidak pernah meminumnya? Apa salahnya dicoba.Aku menuju lemari kecil di sudut kamarku dan mengambil kotak obat dari sana, satu persatu ku buka bungkus obat dan menatapnya ngeri.
Bagaimana tidak ngeri? Obat-obat tersebut bentuknya lebih besar dari yang kubayangkan, aku pikir tiap butirnya hanya seukuran obat tidur sejenis Ctm, tapi ternyata tidak. Hah.
Dengan menahan napas, aku mengantar obat-obat itu hingga ke ketenggorokan, lalu mendorongnya dengan air. Fiuuh, ternyata tidak sesulit yang kubayangkan. Wkwkwk. Semoga nyerinya cepat berlalu.
Aku mendengar ponselku berdering, tandanya ada panggilan masuk. Kulihat sekilas, ternyata dari Pak Ramon, ayahnya Raisha.
"Halo, pak?" sapaku sambil mengenakan headset ke telingaku, kemudian meletakkan ponsel di atas bantal.
"Halo, bu Aini. Apa saya mengganggu istirahat ibu?"
Hah, udah tahu mengganggu masih aja nanya. Ini sudah tengah malam juga!
"Meskipun saya tidak mengatakannya, saya rasa Pak Ramon pasti jahu jawabannya."
"Ehehehe, maafkan saya, bu. Saya cuma mau bicara sebentar dengan ibu Aini, kira-kira besok ibu ada waktu buat bertemu? Sekalian membicarakan kesepakatan kita kemarin."
Hmm, dari nada bicaranya Pak Ramon tampak gembira. Penasaran, apa dia sudah berhasil melakukannya?
"Besok? Boleh, jam berapa?"
"Jam 10 pagi, nanti saya Wa tempatnya."
"Oke. Oh yah, kedengarannya Pak Ramon tampak bahagia, sudah berhasilkah misi yang saya berikan?"
"Nanti kita bicarakan besok yah, bu. Supaya jadi kejutan. Ehehehe."
Gila, udah tua masih saja suka main kejut-kejutan.
"Oke."
Tanpa permisi aku mengakhiri telpon dengan Pak Ramon, rasanya sangat malas untuk berbasa-basi.
Oke, Aini, waktunya tidur. Semoga saja besok mataharinya cerah, secerah hatiku. Wakwaw...
***
Pagi ini aku sudah bersiap menemui Pak Ramon, tidak lupa aku mengajak Sam.Sebelum menemui Pak Ramon, aku dan Sam memutuskan untuk ke Supermarket lebih dulu. Kebetulan bi Imah pesan agar diberikan sayuran hijau dan juga buah-buahan, karena stok sayur dan buah didalam kulkas tinggal sedikit. Dan berhubung saat ini waktu baru menunjukkan pukul 9, jadi aku masih ada waktu berbelanja kebutuhan rumah.
Di supermarket, aku dan Sam mulai berkeliling mencari apa saja yang perlu di beli. Tidak lupa, Sam bertugas mendorong trolinya dan aku mengambil semua yang hendak dibeli dan memasukkannya kedalam troli.
"Bos, ayamnya tidak?" tanya Sam sambil menunjuk potongan daging ayam didalam plastik.
"Gak. Gue tidak terlalu suka mengkonsmsi daging ayam, kecuali kalo gue pengen." jawabku sambil memilah-milah wortel.
"Kalo tempe?"
"Ambil 10 bungkus aja deh."
Sam mengambil 10 bungkus tempe dan menaruhnya di dalam troli, sedangkan aku masih tetap berkutat dengan wortel.
"Bos, gue ke toilet bentar yah, kebelet." kata Sam tiba-tiba.
"Oke, jangan lama yah? Gue gak mampu dorong trolinya, berat banget soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
ActionJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...