***
Waktu sudah mendekati Azan Isya, tapi aku sama sekali belum melakukan pergerakan apapun. Aku memilih uring-uringan di tempat tidur, mengunyah ayam krispy yang sempat ku beli tadi sore."Non, gak baik loh makan sambil tiduran begitu." tegur bi Imah yang saat ini sedang menata pakaianku yang baru saja di setrika kedalam lemari.
Aku tertawa kecil, beranjak bangun dan duduk di atas ranjang.
"Bi, yuk, makan ayam krispy. Enak tenan ini mah, krenyes." kataku menawari bi Imah ayam krispy.
"Loh, non ini udah rada pikun toh. Kan barusan bibi dikasih? Itu aja belum sempat dimakan."
"Yah, ini lain lagi. Ayo, bi."
"Gak, non. Udah ah, bibi ke dapur dulu, mau masak makan malam."
"Siap, bi."
Sepeninggal bi Imah, aku kembali tiduran. Ah, sangat menyenangkan rasanya santai-santai tanpa beban pikiran, dan tentunya tanpa si Nurlan!
Tiba-tiba ponselku berdering tanda ada yang menelpon, hah, mengganggu saja!
Aku langsung meletakkan ponsel didekat telinga Tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Halo, dengan Aini disini. Disana dengan siapa dan ada perlu apa?" tanyaku tanpa basa-basi, tentunya masih asyik mengunyah ayam krispy.
"Ehem!"
Uhuk!! Uhukk!! Aku tersedak mendengar suara itu, lantas dengan cepat mengecek nama si penelpon. astaga, ternyata Dokter Adit!
"Eh, Dokter? Maaf, saya pikir siapa." ucapku sambil nyengir, dan tentunya Dokter Adit tidak melihatnya. Xixixi.
"Kamu pikir siapa? Maling? Atau jangan-jangan nama Saya di kontak kamu aneh-aneh lagi."
"Loh, kok Dokter jadi su'uzon? Dosa itu."
"Hmm, susah ngomong sama kamu. Oh yah, gimana? Apa saya jemput sekarang?"
"Jemput? Maksudnya?"
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, bingung juga dengan si Dokter. Jemput? Maksudnya apa?
"Jangan bilang kamu lupa lagi, Dora."
"Aduh, Dok, ngomong jangan berbelit-belit dong. Saya mah jadi bingung ini."
"Yah, tuh kan? Tadi kan Mira sudah telpon, mama undang kamu makan malam. Sudah ingat?"
Astaga! Aku sampai lupa. hah, tepok jidat deh!
"Eh, hehehe, kelupaan Dok. Yaudah, saya siap-siap dulu, ntar saya telpon balik. Oke?"
"Jangan lupa mandi!"
Aissshh, Dokter Adit kok jadi mirip Nurlan yah? Ah, bodoh amat.
"Siaaap."
Lagi-lagi, memutuskan sambungan telpon secara sepihak sudah menjadi kebiasaan Dokter Adit. Bikin kesal.
***
Aku menatap diriku dari balik cermin, hah, aku menyayangkan tinggi badanku. Belum lagi wajahku yang pas-pasan, jadi gak pede ketemu calon mertua. Jiiaahahahahah, halu."Non, dari tadi kok cengar-cengir di depan cermin? Udah mah, non udah geulis pisan." kata bi Imah tiba-tiba masuk kedalam kamar.
"Gak apa-apa, bi. Gak suka aja lihat wajah sendiri, apalagi aku pendek. Kayak Dora." ucapku sambil mengerucutkan bibirku.
"Hahaha, non bisa aja. Udah cantik, baik pula. Sudahlah, itu sudah ada yang nungguin."
"Dokter Adit sudah datang, bi?!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
ActionJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...