Part 27

6.4K 297 6
                                    


"Sam, coba lo ketuk pintunya." suruhku pada Sam.

"Kok di ketuk? Masa rumah sebesar ini gak ada belnya? Apa gak capek kesana kemari buka pintu?"

"Huuss, sudahlah. Lo tinggal ketuk aja, ketuk yang keras biar penghuninya pada kocar kacir dan segera membuka pintu. "

Sam mulai mengetuk pintu dengan pelan, kemudian mengetuknya dengan keras ketika tak seorang pun yang datang membukanya. Aiish, pada ngapain sih orang-orang itu?

Beberapa saat kemudian,

"Siapa sih yang datang bertamu di siang bolong begini?! Oohh, kamu toh?! Mau ngapain lagi kamu kesini?!"

Hah, ternyata yang membukakan pintu untukku dan Sam tidak lain adalah Raisha. Bodoh amat, aku dan Sam bergegas masuk kedalam tanpa permisi, melewati Raisha dengan segala keruwetannya.

Di ruang tamu, aku menjumpai Mas Ken dan mantan ibu mertua duduk leha-leha di sofa sambil mengunyah keripik tempe. Sekilas aku melihat mantan ibu mertua hendak bicara, namun diurungkan setelah melihat Sam, begitupula dengan Mas Ken. Ahahaha, rasain, takut juga rupanya!

"Aku kesini mau ambil Akta, sekalian mau ambil KTP. Jangan bilang kalian sudah menyingkirkannya, awas saja!"  ancamku sambil berlalu kedalam kamar. Sam sengaja kutinggal di ruang tamu, agar dia bisa mengawasi gerak gerik ibu dan anak serta calon menantu barunya itu.

Sesampainya di kamar, aku membongkar semua isi lemari Mas Ken. Syukurlah, KTP dan Akta kelahiranku masih ada disana. Aku segera mengambilnya dan menaruhnya didalam tas. Sekilas kupandangi box bayi yang masih bertengger rapi di dekat ranjang, itu box milik almarhumah putriku, Syifa. Ah, nak, mama kangen. Maafkan mama nak, harus meninggalkan semua kenangan disini, termasuk kenangan bersama kamu.

Aku bergegas keluar, takutnya aku akan semakin merindui Almarhumah putriku yang sudah tidur dengan tenang.

"Oh, yah, aku sudah menemukan KTP sama Akta kelahiran milikku. Jadi, aku permisi dulu. Sam, ayo!"

Aku segera menarik Sam dan memegang pergelangan tangannya, aku hanya ingin melihat reaksi si nenek sihir.

"Dasar murahan!" guman Mas Ken kecil, tapi aku dan Sam masih sempat mendengarnya.

Sam menghentikan langkahnya dan langsung berbalik ke arah Mas Ken,

"Siapa yang lo bilang murahan, ha?!" teriak Sam sambil  menarik kerak Mas Ken.

Tiba-tiba saja si nenek sihir menarik Mas Ken hingga terlepas dari cengkraman Sam.

"Heh, Aini!! Jika kamu dendam pada putraku, jangan kambing hitamkan orang lain dong! Saya bisa laporkan kalian ke polisi, jika kalian bikin keributan disini!!" ancam si nenek sihir sambil menunjuk-nunjuk diriku.

Aku hanya bisa tertawa kecil melihat tingkahnya yang lucu, mantan ibu mertuaku itu sudah terlalu memanjakan Mas Ken.

"Sam, ayo pergi. Buat apa berlama-lama disini? Oh yah, Sebentar lagi pihak BANK akan kesini loh, Sam. kita tidak usah ikut campur. Rumah ini akan segera di sita."

Mas Ken dan mantan ibu mertua memandangku dengan tajam, lain halnya Raisha yang memilih diam seperti siput.

"Apa maksudmu?! Rumah siapa yang akan disita?!" tanya mantan ibu mertua dengan suara khas cemprengnya.

"Yaah, rumah ini lah." jawabku dengan santai, mengedipkan sebelah mataku pada Mas Ken.

"Apa maksudmnu, Aini?!" kali ini Mas Ken yang bicara.

"Kalian ingat tidak, Uang 1 M yang kuberikan pada kalian malam itu? Apa kalian tidak penasaran, darimana aku mendapatkan uangnya? Kira-kira kalian tahu tidak, dimana sertifikat rumah itu sekarang? Lupa, atau tidak tahu?  Ahahaha... Aduh, kasihan sekali. Ketahuilah, uang yang kalian gunakan untuk berfoya-foya adalah hasil dari menggadaikan Sertifikat rumah. Dan aku hanya meminta tempo selama 1 bulan loh, jadi 2 hari lagi rumah ini akan jatuh tempo. Bersiap-siaplah, kecuali kalian bisa melunasinya."

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang