POV KEN***
Aku benar-benar syok saat seseorang mengantar sebuah undangan pernikahan ke rumahku, undangan itu tercetak mewah dan tertera nama Aini dan Dokter Adit.Seketika aku luruh dan jatuh ke lantai, apa benar mereka akan menikah? Secepat itukah? Itu artinya, Aini benar-benar sudah melupakanku.
Ku buka dan ku baca keterangan yang tertulis di dalamnya, akad nikahnya akan di adakan besok lusa, di rumah Aini.
Sakit sekali hatiku, seperti ada yang menghujam di sana. Kenapa baru sekarang? aku sadar, aku sudah terlambat.
"Mas, apa ini?"
Raisha datang dan langsung merampas undangan itu dari tanganku, kemudian merobeknya.
"Mas, jangan bilang kalau kamu masih cinta sama Aini, iya, kan? Jawab, Mas!"
Raisha menarik kerakku dengan paksa, wajahnya nampak emosi.
"Raisha, cukup. Aku tidak mau berdebat denganmu."
Ia melepaskan cengkramannya, berdiri dan menatapku dengan tajam.
"Awas aja kalau kamu ketahuan masih menyimpan rasa pada si Jalang itu!"
Aku diam dan tidak menghiraukan ucapan Raisha, bodoh amat.
***
Sudah beberapa hari ini ibu tampak murung, sama sekali belum mau bicara apa-apa. Aku jadi kelimpungan sendiri, bingung mau berbuat apa."Maaas! Maaas!"
Astaga, ada apa lagi dengan wanita itu? Setiap hari sukanya teriak dan marah-marah, membuatku tambah stres.
"Mas, kenapa kamu gak jujur padaku dan malah menyembunyikan uang itu dariku, hah?"
Ya Tuhan, lama-lama aku akan gila dengan tingkah wanita ini.
"Uang apa, Raisha?"
Raisha menatapku tidak suka, sesekali mengepalkan tangannya.
"Kamu dapat uang 30 juta dari Aini, kan? Kenapa aku gak tahu? Terus, mana uangnya?"
Uang dari Aini? Maksud Raisha apa, ya?
"Raisha, apa maksudmu?"
"Halah, gak usah basa-basi, Mas! Mana uangnya? Aku butuh uang mau Spa dan Smooting!"
Jangan-jangan, yang dimaksud Raisha itu adalah uang yang di berikan seseorang padaku melalu pelayan? Jadi, uang itu dari Aini? Dari mana Raisha tahu soal uang itu?
"Uangnya sudah aku pakai buat bayar biaya Rumah Sakit ibu."
"Apa? Biaya Rumah Sakit ibu? Semuanya? Gak, gak mungkin! Aku yakin, pasti kamu sembunyikan. Iya, kan?"
"Raisha, cukup! Aku muak tahu gak! tiap hari berdebat denganmu!"
"Ya, kalau tidak mau berdebat, kasih aku uang, dong!"
"Sudah kubilang, uangnya habis untuk biaya Rumah Sakit ibu! Kamu tuli?"
"Aakkhh! Menyebalkan!"
Raisha bergegas masuk ke dalam kamar, meninggalkanku dalam keadaan hampir kalap.
Jika perilaku Raisha seperti ini terus, lama kelamaan aku bakal gila benaran. Sepertinya, aku harus cari cara agar wanita itu tidak semakin menjadi-jadi.
***
Sepulang dari tempat kerja, aku langsung masuk dan bergegas ke dalam kamar. Istriku ada di sana, memakai handuk sambil mengoleskan sesuatu di kulitnya yang putih bersih."Raisha, ponselku dimana?" tanyaku sekedar basa-basi.
"Mana aku tahu, kan kamu yang pegang."
Hm, ketus sekali bicaranya. Tidak mengapa, sebentar lagi ia akan berlemah lembut, bahkan berlutut di kakiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
AksiJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...