Part 17

5.7K 317 16
                                    


Setelah aku keluar dari Ruangan pengap tersebut, aku tidak mendapati Dokter Adit. Kemana dia? Cepat sekali menghilangnya. Tapi aku bersyukur dia sudah pergi, setidaknya aku bisa bernapas lega dan menetralisir darahku yang sempat drop gara-gara Dokter Adit.

Hm, aku harus kembali kesana dan menemui Mas Ken, pokoknya aku harus masuk ke dalam. Kita lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan!

Dengan langkah tergesa-gesa aku kembali ke Ruangan tempat Mas Ken di rawat, aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini.

Sekarang aku sudah di depan pintu, mendorong pintu tanpa mengucapkan permisi hingga menimbulkan derit nyaring dan tentunya mengagetkan orang-orang yang ada di dalam.

Ku lihat tatapan tidak suka dari ibu mertua, begitu pula dengan Mas Ken. Raisha? Dia terlihat santai tanpa beban. Iss, tidak punya malu! Lain halnya dengan Pak Ramon dan ibu Zulaikha, mereka menatapku tidak percaya, kemudian saling pandang.

"Eh, ada tamu, yah? Perkenalkan, saya Aini, istri Mas Ken." sapaku sambil menyalami pak Ramon dan ibu Zulaikha.

Aku sengaja menekankan kata Istri, semata-mata hanya untuk   melihat reaksi kedua orang tua Raisha. Dan berhasil, mereka sangat terkejut dengan ucapanku. Seperti tidak percaya.

"I.. I..istri?" tanya Pak Ramon sedikit terbata-bata.

Sebelum aku menjawab, Ibu mertua langsung membuka suara.

"Iya, ini istri anak saya yang sudah saya ceritakan tadi, pak."

Aku tersenyum lebar, lain halnya dengan Pak Ramon dan ibu Zulaikha. Mereka tampak ketakutan, ada apa? Ahahaha... Karena mereka sadar bahwa mereka tidak bisa berkutik. Tentu saja mereka tahu, jika mereka menentangku, maka mereka harus siap kelaparan. Ahh, Raisha, aku ingin lihat sampai dimana batas kesombonganmu itu?!

"Oh, yah, Om Ramon gak ngurus kerjaan, yah? Kok malah disini? Gak takut apa dimarahi Bosnya?" kataku tersenyum lebar ke arahnya, sekaligus menyindir halus.

"Aini!! Lancang sekali kamu bicara seperti itu pada Ayahku?! Kamu pikir kamu siapa?! Ayahku itu memiliki perusahaan sendiri, jadi kamu jangan terlalu sok mengatai ayah!! Tahu diri, dong!"

Aiishh, ini Raisha kenapa marah-marah? Dan tumben sekali, dia tidak menyematkan kata mbak di depan namaku. Hah, dia pikir dia siapa? Apa dia bilang?! Perusahaan ayahnya? Kasihan sekali.

Kulihat Pak Ramon hendak bicara, namun aku memberinya kode agar dia tidak bicara atau mengatakan apapun. Dia mengerti dan memilih diam.

"Aini, sekarang kamu minta maaf pada Om Ramon! Cepat!" seru Mas Ken sambil menatapku tajam.

Apalagi sih pria loyo satu ini? Nyuruh-nyuruh aku, dia pikir aku takut apa.

"Eh, tidak perlu, nak Ken. Ucapan Istrimu ada benarnya juga, memang seharusnya om ada di Kentor dan bekerja. Bukan disini." ucap Pak Ramon dengan ramah.

"Tapi, Om, dia sudah lancang sama om."

"Tidak apa-apa, nak."

Kulihat Mas Ken melayangkan tatapan marah padaku, bodoh amat.

Beberapa saat kemudian ibu beranjak ke arahku dan mencengkram lenganku dengan kasar, kemudian ibu menarikku keluar dari ruangan.

"Kamu benar-benar tidak tahu sopan santun yah, Aini?! Kamu pikir Pak Ramon itu berasal dari kasta biasa seperti kamu?! Dia itu orang besar, pemilik sebuah perusahaan ternama!! Lama-lama kamu semakin kurang ajar Aini."

Aku melepas cengkraman ibu mertua dari lenganku, kemudian balas menatapnya dengan tajam.

"Trus, hubunganya denganku apa, bu?! Apa ibu punya alasan, kenapa keluarga Raisha ada disini?! Sedangkan ibu sendiri tahu, Raisha itu perusak Rumah Tanggaku!"

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang