Part 25

5.8K 328 11
                                    

***
Hari ini aku bangun lebih awal, mempersiapkan semua Dokumen dan beberapa berkas untuk meeting jam delapan nanti. Tidak lupa kusuruh bi Imah menyetrika rok, kemeja, dan jas yang akan aku kenakan sebentar. Bisa dibilang, ini adalah meeting perdana dengan klien luar Negeri, dan aku harus menyiapkan semuanya dengan teliti serta efisien. Huh, semoga aku tidak grogi saat persentasi nanti.

"Non, semuanya sudah siap." ucap bi Imah sambil menyodorkan segelas susu padaku.

"Baik, bi. Oh yah, Jangan lupa laptop sama hardisknya ditaruh di dalam mobil yah, bi. Letakkan diatas Dokumen dan berkas-berkas yang ada disana." kataku sambil menyeruput susu yang sudah beralih ketanganku.

"Baik, non. Sarapannya juga sudah bibi siapkan di meja makan."

"Siap, bi. Aku mandi dulu, ntar kebawah untuk sarapan. Sekalian minta tolong yah, bi, suruh mang udin manasin mobilnya."

"Iya, non. Kalau begitu bibi permisi ke bawah dulu."

Sepeninggal bi Imah, aku bergegas ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian keluar dan mengganti pakaian. Ah, ternyata pakaian ini terlihat cocok untukku. Jas hitam dengan dalaman Kemeja putih, dipadukan dengan rok hitam selutut.  Ahh, secantik inikah aku?

Tapi ada satu masalah yang sangat mengganguku, yakni aku tidak bisa memakai sepatu jenis high heels. Memakai sepatu itu sama halnya mematahkan kakiku. Huh! Aku harus menelpon  Nurlan. Siapa tahu saja Nurlan punya banyak wawasan tentang sepatu wanita, wkwkwkw.

Aku bergegas mengambil ponsel di dalam laci, lalu menelpon si cerewet Nurlan.

"Halo, Lan, emang kalo meeting harus pakai high heels yah?!"

"Tidak juga, kenapa emangnya?"

"Yah gak kenapa-kenapa. Kira-kira selain high heels, jenis sepatu apa yang bisa dipakai ke kantor?"

"Um, pantofel, Mungkin. Lo kok nanya gitu? Apa jangan-jangan lo gak bisa pakai high heels? Ahahahahaha. Pea lo."

"Diam, lo! Jadi pantofel, yah? Okelah."

"Lo mau pakai pantofel? Ah, gak serasi sama gue ini mah. Masa gue udah kece badai begini, lo malah kayak mahasiswi? Gak etis. Pakai high heels dong, sekalian bikin lo tinggi sementara, ahahahaha."

Sialan si Nurlan, mentang-mentang aku pendek malah dijadikan bahan bully!

"Heh, lo tuh bawahan gue! Kok gue jadi males yah, bawa lo jadi pertner meeting sebentar."

"Lah, bos, gue kan bercanda. Kok cepat banget marahnya?"

"Makanya lo jangan bikin kesal dong, tinggal bilang pantofel aja kok susah?!"

"Iya, iya, maaf. Cepat gih, jangan lupa lo mampir ke rumah gue."

"Iye!!"

***
Saat ini, aku, Sam, dan juga Nurlan sudah siap di ruang meeting. Kami tinggal menunggu klien dari Singapura dan juga Vietnam yang saat ini sudah dalam perjalanan.

"Bos, gimana penampilan gue? Cakep gak?" tanya Nurlan  memamerkan jas dan jam tangan barunya.

"Biasa aja." jawabku asal.

"Loh, masa sih? Orang gue lebih kece daripada Sam."

"Mau sekece apapun, intinya lo tetap jadi notulen untuk meeting hari ini. Dan sam moderatornya."

"Yah biarin, yang penting kece. Siapa tahu kan, klien dari Singapura tertarik padaku? Kan kata Sam klien dari Singapura itu seorang wanita. Benar kan, Sam?"

Sam hanya menganguk, sedangkan aku tertawa kecil dengan sikap konyol Nurlan. Mau bagaimanapun, Nurlan tetaplah Nurlan. Dan tidak akan pernah bisa menjadi Sam.

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang