aku memandang sekilas wajah Pak Dokter, tiba-tiba ide briliant itu muncul seketika. Aha!! Semoga saja Pak Dokternya mau membantu, tapi masa iya? Ah, mustahil jika dia mau membantu, apalagi ini sama sekali tidak penting atau menguntungkan baginya. Mengenalku saja tidak. Hah, bodohnya aku. Tapi apa salahnya dicoba? Siapa tahu aja kan? Wkwkwk. Gak jadi ah.
"Yang dirawat itu suamimu?" tanya Pak Dokter sambil mengotak-atik ponselnya.
Aku menyeritkan dahi, dia kok kepo bangat yah? Hm, harus hati-hati nih.
"Iya, Dok. Namanya Mas Ken." jawabku sesekali mencuri pandang ke arahnya.
"Saya tidak tanya namanya siapa, jadi tidak perlu di jawab."
Uuhhh!! Menyebalkan sekali Pak Dokter ini, bikin aku malu sendiri. Tunggu-tunggu, Pak Dokternya kok dari tadi masih disini? Dia sama sekali belum beranjak dari sampingku, apa jangan-jangan? Sadar, Aini. Jangan terlalu pede dan jangan terlalu centil. Bisa saja kan, dia punya niat baik padaku hanya karena aku ini seorang wanita? Oh Tuhan, jangan sampai pipiku ini merona dan dia melihatnya.
"Oh yah, Dokter kok masih disini? Dokter tidak sedang menunggui saya, kan?"
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku, membuat pria didepanku itu melongo.
Dia menatapku tajam, seolah-olah tidak terima dengan ucapanku barusan.
"Kamu jangan ge'er deh, bagaimana mau pergi? Orang mobil saya dihalangi mobil kamu. Bagaimana cara keluar? Geser dulu mobilmu, supaya kamu tidak terlalu ge'er dan menganggap saya perhatian padamu."
Oh Noooooo!! Ternyata mobil yang ada di sebelahku itu mobil Pak Dokter? Huuft, mana helm, mana helm, aku perlu menutupi wajahku!! Aku benar-benar malu. Malu bangeeeeeet!! Bisa- bisanya aku menanyakan hal konyol itu padanya?! Aku pengen menghilang aja.
Tanpa aba-aba dan tanpa permisi, secepat mungkin aku masuk ke dalam mobil dan meluncur keluar Rumah Sakit.
Tidak, aku tidak mau lagi melihat Pak Dokter! Mau di taruh dimana mukaku ini?! Benar-benar memalukan.
***
"Sam, tolong lo antar Dokumen ini ke Pengadilan Agama." kataku pada Sam sambil menyodorkoran sebuah Dokumen padanya."Ini Dokumen apa, bos?"
Sam terlihat bingung sambil memperhatikan Dokumen yang baru kuserahkan padanya.
"Lo kasih aja ke Pengadilan Agama, itu sebuah kejutan untuk Mas Ken saat ulang tahunku nanti."
"Kejutan? Apa ini surat gugatan cerai?"
"Benar sekali, Sam. Tepat di hari ulang tahunku nanti, gue akan memberi Mas Ken dan ibu mertuaku sebuah kejutan yang mungkin akan membuat mereka syok. Hahahaha, rasanya sudah tidak sabar."
"Jadi, lo mau pisah sama suami lo yang brengsek itu?! Kok cepat banget? Terus misi balas dendam lo gimana? Masa iya mereka bebas gitu aja, setelah sekian lama membuat lo hampir stres!"
Aku tertawa ngakak dengan ucapan Sam, menurutku dia terlalu khawatir.
"Lo tenang aja, sambil menunggu hari itu tiba, gue akan buat perhitungan kepada mereka."
"Dan Raisha? Masa iya lo biarin begitu aja, bagaimana pun juga dia dan suamimu itu sama aja."
"Gak dong. Lo ingat gak, waktu gue nyuruh lo mencari tahu tempat tinggal orang tua wanita itu?"
"Ingat, bos. Apa lo punya rencana?"
"Yah, jelas. Rencananya hari ini gue akan menemui orang tua Raisha, lo bisa kan menemani gue kesana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
ActionJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...