Part 9

5.5K 310 6
                                    

***
Aku dan Sam bersiap untuk pulang, namun lagi-lagi harus di tunda saat ekor mataku tidak sengaja menangkap sosok   Mas Ken sedang duduk bersama seorang wanita di meja bagian pojok Restaurant ini. Aku yakin, wanita itu pasti Raisha.

Aku mencegat lengan Sam,

"Kita jangan langsung pulang dulu." bisikku padanya.

"Loh, emang kenapa? Bukannya tadi mau pulang?" tanya Sam dengan bingung.

"Ssssstt, diam! Lo lihat ke arah meja sana, dia Suamiku."

Sam mengikuti arah telunjukku, kemudian terbelalak kaget.

"Bos, itu bukannya wanita tempo hari, yah? Kok bisa bareng suami lo?"

Aku tertawa sinis, kemudian menganguk pelan.

"Sam, lo tahu gue kan? Enaknya bola mata pelakor itu di cabik pake pisau, atau di congkel pakai paku?"

Ku tatap Sam, dia tampak bersusah payah menelan salivanya sendiri.

"Bos, lo bercanda kan?"

Aku tertawa kecil, kemudian menepuk pundaknya dengan pelan.

"Kalo gue serius?"

Mata Sam melotot, seperti melihat hantu. Iya, hantu cantik.

"Bos, jangan lah. Kita pakai cara lain saja, misalnya kita bikin wajahnya cacat. Terserah bos mau yang mana, tapi jangan yang tadi lah... Serem."

"Hahahaha. Ternyata lo belum juga berubah Sam, masih tetap Sam yang penakut. Bukankah dulu sering bunuh orang? Kok congkel mata doang takut?"

Aku berusaha memanas-manasi Sam, tapi sebenarnya aku tidak serius. Aku hanya mencandainya.

"I..iya, sih. Tapi gue udah kurangin, udah insyaf gue. Tapi kalo kepepet, gue libas deh. Emang lo benaran mau nyongkel mata wanita itu? Gak kapok lo di cariin polisi? Untung saja sampe sekarang lo masih bisa lolos dari kejaran polisi. Kalo nanti ketahuan gimana?"

Aku tertawa keras mendengar penuturan Sam, jujur saja aku merasa lucu sendiri.

"Gue bercanda, bro. Kan gue udah bilang, gue udah insyaf. Kita kasih mereka pelajaran yang kecil-kecil aja dulu, siapa tahu kan suatu saat nanti mereka tobat. Kalo gak mempan, yah, dengan terpaksa pakai cara gue."

"Halaaaah, gue pikir lo serius."

"Gak, lah! Tapi benaran deh, gue pengen lo kasih pelajaran kepada Raisha. Anggap saja pemanasan."

"Lo punya ide?"

"Ide gue banyak. Sini gue bisikin."

Aku mendekatkan bibirku ke telinga Sam, dan mulai membisikkan sesuatu.

***
Aku mengawasi Sam dari kejauhan, berharap rencanaku kali ini berhasil. Sekali-kali Mas Ken harus di beri pelajaran, agar dia tahu posisinya sebagai suami.

Sam memesan 500 porsi Ayam panggang, 500 porsi Sushi, dan 200 porsi gulai daging.  Dia meminta Pemilik Restaurant mengirim makanan-makanan tersebut ke beberapa panti sosial terdekat. Tagihannya? Yah, sesuai rencanaku. Aku menyuruh Sam untuk mengatakan pada pelayan jika seluruh tagihan di serahkan kepada Mas Ken dan Raisha. Mampus!!

"Beres, bos!"

Aku tersenyum lebar.

"Yaudah, ayo kita pulang. Gue gak mau lihat drama mereka yang harus kebingungan membayar tagihan, apalagi Dompet Mas Ken sudah ku amankan sejak tadi malam. Dianya aja yang teledor, masa gak sadar dompet sendiri gak ada di tas? Hahaaha, kasihan Raisha, dia harus membayar semua itu."

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang