POV AINI***
Aku benar-benar puas mengerjai Mas Ken dengan tingkahku, belum tahu dia, siapa aku sebenarnya.Hari ini ku lihat Mas Ken uring-uringan di tempat tidur, sesekali tangannya mengotak-atik ponsel. Aku heran, tumben suamiku itu masih ada di rumah di jam seperti ini, apa dia tidak ke kantor?
"Kamu gak ke kantor, Mas?" tanyaku sembari menyibak gorden jendela.
Mas Ken menggeliat pelan sambil mengucek ke dua matanya,
"Aku lagi gak enak badan, Aini. Itu gordennya di tutup lagi dong, mataku silau ini."
Aku mendengus kesal, enak aja dia main suruh-suruh. Aku yakin, Mas Ken itu hanya pura-pura tidak enak badan. Orang tadi aku memergokinya sehat bugar sambil main ponsel!
"Kenapa di tutup? Sinar matahari pagi itu sehat, Mas. Kalo gordennya di tutup, yang ada kamar jadi pengap. Iya, kan?"
"Aduh, Aini! Kamu itu jadi istri peka dikit kenapa, sih?! Lama-lama mumet aku tinggal serumah denganmu!"
Aku hanya bisa tertawa sinis di dalam hati, jujur aku ingin sekali merobek mulut Mas Ken yang seenaknya bicara tanpa memikirkan perasaanku. Kamu beruntung Mas, karena sampai saat ini aku masih bisa mengendalikan diri dan bersikap baik layaknya seorang istri padamu. Habis kesabaranku, ku robek isi perutmu!
"Kok malah berdiri di situ, sih?! Aku bilang tutup gordennya! Kamu tuli?!" teriak Mas Ken sambil melotot ke arahku.
Sabar Aini, kamu harus santai. Jangan kotori tanganmu, jangan!
"Yasudah, Mas. Aku akan tutup gordennya. Semoga kamu cepat sembuh, yah. Jangan mati, kamu gak akan kuat." candaku sembari menahan tawa agar tidak meledak.
Mas Ken melotot tajam ke arahku, wajahnya memerah pertanda emosinya sudah di puncak. Biarin!
"Apa maksudmu, Aini?! Kamu ingin aku cepat mati, iya?! Kamu mendoakan keburukan untukku?! Istri macam apa kamu?!"
Tuh, kan. Apa aku bilang? Suamiku ini tidak bisa di ajak bercanda sedikit langsung marah. Hhahha, tapi aku suka. Suka mengisenginya.
"Aku kan cuma bercanda, Mas. Kok marah? Mana mungkin aku mendoakan keburukan kepada pria yang sangat aku cintai? Apalagi suamiku sendiri. Jahat kan?"
Aku bisa melihat mimik wajah suamiku, dia tampak salah tingkah. Aiiishh, di gombalin sedikit saja sudah langsung plong. Pantas saja Raisha menang banyak, dia kan jago ngerayu, ngerayu duit suamiku.
"Cerewet!! Aku mau istirahat, kamu siapkan cemilan untukku yah?"
Apa aku bilang? Suamiku ini ternyata punya hati yang lembek, tapi jahatnya minta ampun.
Mas Ken pikir, aku tidak tahu apa yang sedang di rencanakannya dengan Raisha. Untung saja Sam bisa di andalkan, jadi sangat mudah untukku bisa mengetahui rencana busuknya. Kamu tidak tahu saja Mas, sebelum kamu berencana menjatuhkanku di depan keluargamu, aku akan lebih dulu menjatuhkan kehormatanmu di depan semua orang! Apa yang kamu rencanakan, tidak akan pernah berhasil. Coba saja, bahkan aku tidak akan segan melakukan sesuatu yang lebih buruk dari yang kamu bayangkan. Sudah cukup selama ini aku bersabar menghadapi sikapmu yang tidak berprikemanusiaan, tapi maaf, kali ini tidak lagi. Aku akan ikuti semua permainanmu dengan Raisha, anggap saja aku pura-pura tidak tahu.
"Kok malah diam? Kamu dengar kan apa yang aku bilang?!"
Aku menyunggingkan senyum selebar mungkin,
"Iya dengar, kok. Kamu ingin di buatkan cemilan. Aku heran sama kamu mas, apa gak beli atau pesan sendiri cemilannya? Kan biasanya juga gitu."
Akhirnya Mas Ken bangun, dia menatapku dengan tajam seolah aku ini hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
AçãoJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...