aku menatap Dokter Adit tidak percaya, jadi, selama ini dia tahu semua tentangku? Dan dia, dia sengaja pura-pura tidak tahu hanya karena ingin aku yang memberitahunya sendiri? Astaga, jadi, selama ini dia tahu kalau aku pura-pura bodoh? Hah, aku jadi malu sendiri mengingat ucapan-ucapan bohong yang sudah kuucapkan padanya. Oh Tuhan, bagaimana bisa aku bersembunyi didepan orang yang sudah lebih dulu melihatku? Ah, malunya.Kutatap lagi wajah itu, wajah tenang dengan seulas senyum lebar mendamaikan hati. Sungguh, aku ingin sekali memeluknya, tapi aku malu.
"Kenapa diam saja?" tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Boleh saya peluk Dokter?"
Oh no! Kenapa malah keceplosan begini, sih? Hah, aku yakin, wajahku pasti sudah mirip kepiting rebus.
"Peluk? Gak boleh."
Apa?! Dia menolak?! Huhuhuhu, malunyaaaaaaaaaaa!
"Eh, em, m..maaf, Dok. Saya cuma bercanda kok." tuturku membela diri, meskipun aku yakin itu sudah terlambat.
"Ahahaha. Kamu ini cepat sekali merajuknya, gemes. Maksud saya itu, kamu tidak boleh peluk saya, biar saya yang peluk kamu. Sini."
Tiba-tiba Dokter Adit merentangkan kedua tangannya, memintaku agar segera menghambur kepelukannya.
Aku terdiam dan menatapnya lama, tidak terasa bulir bening menetes perlahan disela-sela mataku.
"Loh, kenapa menangis?" tanya Dokter Adit langsung menarikku kedalam pelukannya, lalu mengusap air mataku dengan cepat.
Aku balas memeluknya erat, lagi-lagi aku menangis terisak. Bukan karena sedih, tapi terharu atas perlakuannya padaku. Perlakuan yang belum pernah kuterima dari siapapun. Ah ,Dokter Adit, aku benar-benar menyayangimu.
"Sudah, jangan nangis. Gak malu sama calon suami? Masa calon istri petinju begini nangis-nangis kayak bayi? Sudah, jangan nangis lagi." kata Dokter Adit masih sibuk mengusap air mataku yang tidak mau berhenti sama sekali.
"Dok, terima kasih, sudah anggap saya manusia. Huhuhuhu.."
Dokter Adit tertawa kecil mendengar ucapanku, kemudian mengelus kepalaku dan mencubit hidungku dengan gemes.
"Ya ampun, calon istriku ini benar-benar aneh bin ajaib, deh. Yaiyalah kamu manusia, masa iya kamu hantu?"
Aku memasang wajah cemberut didepan Dokter Adit, membuatnya kembali tertawa seakan-akan itu hal lucu yang tidak boleh dilewatkan.
"Ketawa aja terus!"
"Ahahaha, iya, iya, maafkan suamimu ini ya?"
"Calon suami, belum suami."
"Ya terserah saya, dong. Kan sebentar lagi resmi."
"Dok, bagaimana keadaan Nurlan? Dia akan baik-baik saja, kan?"
Kali ini Dokter Adit diam, menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
"Dok, kok diam? Bagaimana keadaan Nurlan?!"
"Kamu yang tenang, ya. Saat ini Nurlan sedang kritis di ruangan ICU. Luka tusuk diperutnya membuat kulit ususnya sobek, dan tidak mudah baginya untuk segera pulih. Dia harus tetap dirawat di Rumah Sakit sampai lukanya benar-benar sembuh total, tapi kamu tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik padanya."
"Apa Nurlan akan baik-baik saja?"
Dokter Adit tersenyum lebar, kembali menarikku kedalam pelukannya.
"Dia akan baik-baik saja. Doakan Nurlan, semoga dia cepat pulih. Dan soal dia bangun dari masa kritisnya, saya jamin itu tidak akan lama. Mungkin 3-4 hari lagi dia bisa melewati masa kritisnya itu, yang butuh waktu lama hanya penyembuhan lukanya. Jadi, kamu jangan khawatir dan tetap tenang, usahakan berdoa ya, buat Nurlan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
ActionJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...