POV AINI
***
Hari ini aku, Nurlan, Jack, dan Sam akan bertolak ke Kertamaya, Bogor. Kami akan menjemput Tika, Bang Afif, dan Bibi Romlah. Aku makin penasaran, seperti apa Bang Afif?"Bos, kita udah sampai." Sam menepuk pundakku, membuatku tersadar dari lamunan panjang.
"Eh, kok gak berasa, ya?"
"Bukannya gak berasa, bos aja yang gak fokus. Dari tadi melamun, mikirin bulan madu, ya?"
Sam tersenyum menggodaku, sesekali tertawa kecil.
"Apaan, sih. Ayo kita turun. tolong lo bangunin Jack dan Nurlan, Sepanjang perjalanan mereka ngorok aja kerjanya."
"Siiiap, bosku!"
Aku bergegas ke teras rumah Bibi Romlah, lanjut mengetuk pintu dan mengucap salam.
"Assalamu'alaikum." aku mengetuk pintu rumah Bibi Romlah dengan pelan, sesekali menoleh ke arah mobil yang terparkir di depan pagar. Hah, kenapa 3 semprul itu lama sekali?
"Wa'alaikumsalam." jawab seorang pria dari dalam, mungkinkah itu bang Afif? Suaranya mirip seseorang, tapi siapa?
Sesaat kemudian pintu dibuka dari dalam. Aku kaget bukan main saat melihat siapa yang keluar dari sana.
"Afif?" aku menyebut namanya dengan nada sedikit keras, memancing rasa penasaran Sam, Jack, dan Nurlan.
"Bos Aini? Kok bisa ada disini?"
Ya Tuhan, ternyata Bang Afif tidak lain adalah Afif, anak buahku sendiri. Ini benar-benar di luar dugaan.
Aku masih ingat, 5 tahun lalu Afif pamit padaku hendak pergi merantau ke Kalimantan.
Waktu itu Ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan adiknya yang masih bersekolah, dan juga sang ibu yang buta.
Astaga, ternyata benar, dunia tidak selebar daun kelor. Aku dan Afif saudara sepupu.
"Afif, gue kesini mau jemput lo, Tika, sama Bibi Romlah."
"Jadi, sepupu gue yang dimaksud itu lo? Masa, sih?"
Afif terlihat bingung, sesekali menggaruk belakang telinganya.
"Fif, lo apa kabar, bro? Udah lama banget gak ketemu, pas ketemu malah bikin kaget." sapa Nurlan langsung mencolek lengan Afif.
"Alhamdulillah, seperti yang lo semua lihat. Oh ya, ayo masuk dulu."
***
"Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Bibi Romlah penasaran."Iya, bu. Afif sama Aini dulu sahabatan, sebelum Afif merantau ke Kalimantan."
"Ya Allah, nak, ini benar-benar tidak terduga. Bibi sama sekali tidak menyangka, selama ini kalian saling kenal."
"Alhamdulillah, bu. Afif senang, bisa jadi wali nikahnya Aini besok lusa."
Ruang tamu Bibi Romlah mendadak ramai dan gaduh dengan kedatangan kami.
"Bos, gak nyangka ya, ternyata Afif sepupu lo." cetus Nurlan diiringi angukkan Jack dan Sam.
"Gue yang paling gak nyangka, bro. Soal si bos sepupuan sama gue, jujur, gue juga masih syok. Gak percaya aja."
"Lo syok? Syok kenapa? Harusnya lo bahagia dong, sepupuan sama tukang jitak. Hahahaha."
Aish, Nurlan mulai, deh!
"Ya, gue syok aja. Si tukang jitak ternyata sepupu gue sendiri. kebayang, kan? Sudah berapa banyak dosanya? Kudu minta maaf ke gue nih. Hahaha." Afif berusaha menggodaku dengan mengenang kembali masa lalu kami yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
БоевикJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...