Part 32

4.7K 304 29
                                    

***
Sudah hampir 1 jam aku menunggu kabar dari Sam, namun sampai saat ini dia belum menghubungiku sama sekali. Ah, Sam, bikin tambah khawatir aja.

Ting!

Bunyi notifikasi Whatsapp membuyarkan lamunanku, membuat hati ini semakin khawatir.

[From: Nurlan
Bos, gue ada info penting. Saat ini gue sedang mengikuti Pak Ramon dan paman lo, sepertinya mereka sudah merencanakan sesuatu. Nanti gue kabari lagi.]

Hah, perasaanku mulai tidak enak. Ditambah lagi Sam yang belum memberi kabar tentang Pak Hermawan.

Baru saja aku berpikir untuk menelponnya, Sam sudah lebih dulu menelponku.

"Halo, Sam, bagaimana keadaan Pak Hermawan? Apa beliau ada di rumahnya? Beliau baik-baik saja, kan ?" tanyaku penasaran.

"Bos, Pak Hermawan gak ada di rumahnya, barusan pembantunya bilang kalau beliau di ajak pergi dengan paksa oleh beberapa orang pria."

Astaga, jangan sampai firasatku benar. Oh yah, kalian pasti bertanya-tanya kemana keluarga Pak Hermawan, kan?

Saat aku mengunjunginya beberapa hari yang lalu, Pak Hermawan bercerita jika beliau tidak pernah menikah dan sudah bertekad mengabdikan seumur hidupnya untuk keluargaku. Itulah kenapa beliau sangat setia, bahkan disaat ayah dan ibu sudah tiada sekalipun, dia masih melindungiku. Dia, dia adalah keluargaku yang sebenarnya, bukan Pak Robert! Dan aku, aku akan melakukan apapun untuk melindunginya.

"Beberapa orang pria?! Sam, cepat lo periksa CCTV rumah Pak Hermawan. Gue segera kesana."

"Baik, bos."

Aku segera mengakhiri obrolanku dengan Sam, lalu bergegas mengambil topi yang sengaja ku gantung di belakang pintu kemudian langsung memakai sepatu. Tidak lupa aku menyelipkan sepasang kaus tangan ke dalam saku celana jeans selutut yang aku kenakan saat ini.

Sesaat kemudian aku langsung menyambar jaket dan kunci mobil di atas meja, aku harus menyusul Sam.

"Eh, non mau kemana malam-malam begini?" tanya bi Imah tiba-tiba saja muncul di ruang tamu.

"Eh, bibi? Itu, bi. Aku ada urusan, sama teman.'

" dengan pakaian seperti ini? Kayak mau tawuran aja, non?"

"Ah, bibi bisa aja deh. Oh yah, aku pamit ya, bi. Kasihan teman udah nunggu dari tadi."

Maaf bi Imah, aku harus berbohong.

"Yaudah, non. Hati-hati, dan jangan ngebut. Bahaya."

"Siap, bi."

Aku bergegas keluar rumah dan menuju garasi. Malam ini, semoga Tuhan melindungiku.

***
10 menit kemudian aku tiba di rumah Pak Hermawan, membuat Sam melomgo tidak percaya.

"Bos? Lo kok bisa tiba secepat ini?" tanyanya sambil menatapku tidak percaya.

"Ya ampun, Sam, lo kayak gak tahu gue aja! Bagaimana, lo udah periksa CCTV nya?!"

"Sudah, bos! tampang mereka juga tidak asing."

"Maksud lo? Lo kenal orang-orang itu?!"

"Mereka adalah preman-preman yang suka mangkal di Gang-gang sempit dan pasar. Sepertinya mereka sengaja di suruh orang seseorang."

"Sudah gue duga, mereka benar-benar sudah gila! gue gak akan tinggal diam. Sam, lo amankan rekaman CCTV ini sebagai bukti untuk memenjarakan mereka. Tapi sebelum itu, gue akan beri mereka sedikit pelajaran yang tidak akan bisa mereka lupakan seumur hidup!!"

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang