Part 38

4.6K 341 33
                                    


Aku langsung menghubungi Dokter Adit, sialnya, Dokter Adit tidak menjawab telponku.

Kucoba menghubungi Sam, sama saja, tidak diangkat. Ada apa dengan mereka?

Baiklah, dengan terpaksa aku harus ke Rumah Sakit. Aku harus memastikan sendiri keberadaan Pak Hermawan, takutnya ini hanya jebakan.

Kuraih kunci mobil yang tergeletak diatas meja, aku harus cepat-cepat sampai ke Rumah Sakit.

"Loh, non mau kemana? Kok buru-buru begitu?" tanya bi Imah tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil membawa segelas wedang jahe.

"Maaf, bi. Aku mau ke Rumah Sakit, ada yang harus kuurus."

"Gak ganti baju dulu, non?" tanya bi Imah sembari menatapku dari ujung kaki hingga kepala.

Astaga, benar kata bi Imah, saat ini aku hanya mengenakan piyama. Tapi aku tidak peduli, yang penting aku harus cepat-cepat sampai ke Rumah Sakit dan memastikan keberadaan Pak Hermawan.

"Gak perlu, bi. Soalnya aku buru-buru. Aku berangkat ya, bi?"

"Non, minum wedang jahenya dulu. Supaya non bisa lebih segar."

"Nanti aja, bi."

***
Sesampainya di Rumah Sakit, aku langsung menuju ruang perawatan Pak Hermawan.

Ya Tuhan, kenapa ruangan ini kosong? Dimana Pak Hermawan? Tidak, aku tidak boleh panik.

Aku harus menemui Sam, barangkali dia tahu dimana keberadaan Pak Hermawan. Siapa tahu aja kan, Pak Hermawan dipindahkan ke ruangan lain.

Aku bergegas menuju ruang perawatan Nurlan. sekarang aku tahu kenapa Sam tidak menjawab telponku, ternyata dia ketiduran, begitupula dengan Nurlan.

"Sam, Sam! Bangun." bisikku sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Sam menggeliat sambil mengucek kedua matanya dengan pelan.

"Loh, bos?! Bukannya lo pulang?" tanya Sam dengan heran.

"Sssttt! Pelankan suara lo, Sam. Ntar Nurlan kaget, kasihan."

Sam bergegas bangun dan mulai memperbaiki posisi duduknya.

"Bos, ada apa? Dilihat dari penampilan, sepertinya ada yang tidak beres."

"Sam, dimana Pak Hermawan?"

"Loh, bukannya Pak Hermawan di ruang tulip?"

"Astaga, Sam, Pak Hermawan gak ada disana! Gawat, Sam, ini gawat!"

Aku mulai panik, begitupula dengan Sam. Jangan-jangan yang  tadi itu benaran Pak Hermawan?

"Bos, sebenarnya ada apa, sih?"

"Sam, tadi paman telpon gue, dan mengatakan kalo dia menyandera Pak Hermawan. Karena gue gak percaya omongannya, Makanya gue langsung kesini untuk memastikan sendiri keberadaan Pak Hermawan, karena gue sempat menghubungi lo dan Dokter Adit tapi gak ada yang jawab."

"Bos, lo jangan panik. Alangkah baiknya lo tanya Dokter Adit dulu, Barangkali Pak Hermawan dipindahkan keruangan lain."

Ucapan Sam ada benarnya juga, aku harus tanya Dokter Adit.

"Lo benar, Sam. Sam, sekarang gue minta lo hubungi Pandri, Jack, Nurfan, dan Vanes. Suruh mereka datang kesini sekarang juga, posisi kita sudah tidak aman lagi, Sam! Jujur aku mulai takut, paman itu pembunuh kelas kakap!"

"Baik, bos, gue akan menghubungi mereka supaya lekas kesini. Tapi, kayaknya mereka baru akan sampai besok siang atau sore, mereka kan ada diluar daerah? Kecuali Pandri, karena dia di Madura."

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang