Part 7

5.6K 322 7
                                    

POV Mas Ken

***
Akhir-akhir ini, aku banyak disibukkan dengan rentetan pekerjaan kantor. Jadwal meeting yang padat, membuat tenagaku terkuras habis. Jujur, aku capek luar biasa. Oleh karena itu, hari ini aku sengaja pulang lebih awal, agar aku bisa beristirahat tenang di rumah.

Aku bergegas membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas meja kerjaku, lalu meletakkan semuanya di dalam satu file. Setelah itu aku merogoh kunci mobil di dalam laci. Baru saja aku mau bersiap, ponselku berdering.

Ting!

Sebuah pesan masuk Dari Kekasihku, Raisha.

[From: Honey

Mas, aku pengen ketemu. Ada yang harus aku sampaikan padamu, penting! Temui aku di tempat biasa. Love you.]

Ku abaikan pesannya, dan kembali memasukkan ponsel ke dalam saku.

***
Aku  memasukkan mobilku ke dalam garasi, Setelah itu bergegas masuk ke dalam rumah.

Beberapa saat kemudian, Aku baru sadar jika Rumah ini sedang sepi. Dimana ibu dan Aini?

"Aini? Ibu?" panggilku sambil melangkah dan mengecek ke arah dapur, barangkali mereka ada di dapur. Tapi nihil. Kemana mereka?

Tiba-tiba ponselku berdering, panggilan dari ibu.

"Ya, bu? Halo?" sapaku sembari meletakkan ponsel di dekat telinga

"Ken, ibu lagi ada urusan di luar sama teman-teman lama. Kamu udah di rumah, kan?" kata ibu di seberang sana dengan suara khas cemprengnya.

"Iya, bu. Oh yah, Aini ikut sama ibu, kan?"

"Tidak, Ken. Aini pergi jalan-jalan, katanya mau ke Mall."

Seketika aku merasa kesal dengan jawaban ibu, tentang Aini yang pergi keluar Rumah tanpa izinku. Karena selama ini Aini selalu meminta izin dulu sebelum melakukan sesuatu, meskipun itu hanya sesuatu yang sepeleh. Tapi kali ini, Aini sudah benar-benar lancang.

"Terus ibu izinin?"

"Iya. kasihan, Aini juga butuh refreshing. Jadi, ibu izinin."

"Ibu gimana, sih? Kok di izinin?! Kalo terjadi apa-apa dengan Aini bagaimana, bu? Ah, ibu!"

Kali ini aku benar-benar kesal dengan Aini, entah apa alasannya. Padahal sebelumnya aku tidak seperti ini, apalagi sampai peduli padanya.

"Loh, kamu kok gitu sih, Ken? Aini kan baru pulih, dia butuh penyegaran. Kamu ini aneh! Tumben kamu bersikap seperti ini. Atau jangan-jangan..."

Ibu sengaja menggantung ucapannya, membuat nyaliku menciut.

"Jangan-jangan apa, bu? Itu tidak akan mungkin. Aku hanya tidak mau jika Aini merepotkanku kalo dia kenapa-kenapa di luar sana. Itu saja, tidak lebih."

"Kamu gak usah khawatir, ibu sudah suruh Mang Umang untuk ikut dan menjaga Aini."

Mendengar jawaban ibu aku pasrah saja, tapi kamu lihat saja nanti Aini.

Hah! Niatku pulang awal agar bisa beristirahat tenang buyar seketika, semua gara-gara Aini. Tiba-tiba aku teringat dengan pesan yang dikirim Raisha, aku semakin penasaran, sebenarnya apa yang ingin di sampaikan pujaan hatiku itu?

***
"Raisha, kamu ajak aku bertemu karena ada hal penting yang ingin kamu sampaikan. Aku penasaran, apa itu?"

Raisha tersenyum lebar dengan gaya khas genitnya, menggaet lenganku dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

Aku sempat melihat, ada tanda kemerahan di pipi kanannya. Kenapa itu? Ah, mungkin saja pengaruh terik matahari, sehingga kulitnya yang putih memerah seperti itu. Tapi masa iya? Kok cuma sebelah.

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang