Part 35

5.3K 292 12
                                    

aku melirik Sam sebentar, aku sedikit ragu mengajaknya bertemu Mas Ken.

"Sam, gimana kalo kita tanya alamat paman pada Mas Ken?"

Sam menoleh dan menampakkan wajah tidak sukanya saat aku menyebut nama Mas Ken.

"Kenapa harus bertanya padanya? Gue gak setuju, ntar lo jadi bulan-bulanan dia lagi."

"Sam, kita tidak punya pilihan lain. Gue yakin, Mas Ken pasti tahu sesuatu tentang paman."

"Gue tetap gak setuju! Jika lo ngotot mencari informasi pada pria brengsek itu, gue jamin lo gak akan mendapatkannya secara cuma-cuma. Lo tahu sendiri kan? Mereka itu sama halnya paman lo, harta harta dan harta! Mikir pake logika sedikit kenapa, sih?!"

Ada apa dengan Sam? Hari ini dia tampak emosional dalam  menyikapi segala hal.

"Sam, gue lihat lo sensi banget, deh. Tidak seperti biasanya. Ada apa lu?!"

"Gue bukannya sensi atau marah, gue kesal aja sama lo yang gak pernah ambil pengalaman dari setiap masalah yang lo hadapi! Udah tahu bagaimana tabiat keluarga mantan suami lo itu, masih aja ngotot ngajak si Ken kerja sama. Yang waras dong!"

Mendengar ucapan Sam, emosiku sedikit terpancing. Jujur, baru kali ini Sam menolak rencanaku. Dan lihatlah, dia menatapku tidak suka. Bikin gerah aja!

"Heh, siapa yang mau ajak kerja sama Mas Ken?! Gue cuma mau cari info, bukan ngajak kerja sama. Lo yang gak waras!"

"Terserah." cetus Sam langsung beranjak pergi meninggalkanku dalam kebingungan. Ada apa dengan anak itu?

"Sam, tunggu! Mau kemana lo?!" panggilku segera menyusulnya dari belakang.

"Sam, gue tahu lo gak setuju dengan rencana ini. Apa lo punya rencana lain?"

"Gue hanya ingin yang terbaik buat lo, bos! Apa lo gak capek harus adu mulut dengan mereka, ha?!"

Aku akui, apa yang dikatakan Sam benar. Tapi, jika bukan Mas Ken, siapa lagi?

"Yaudah, gue gak jadi galih informasi pada Mas Ken."

Sam tersenyum kecil, lalu mengancungkan jempolnya padaku.

"Itu baru namanya waras."

"Trus, bagaimana? Kita cari info ke siapa, coba?!"

"Kita tunggu Pak Hermawan sadar, kita akan coba gali informasi tentang paman lo padanya. Gue yakin, Pak Hermawan tahu banyak daripada mantan suami lo itu."

Astaga, kenapa aku baru terpikirkan Pak Hermawan? Hah, aku benar-benar penglupa. Untung saja pemikiran Sam lumayan jernih, jadi aku tidak perlu bersusah payah meladeni benalu-benalu dari keluarga Mas Ken.

***
Malam ini aku memutuskan untuk menunggui Nurlan, dan Sam kutugaskan menunggui Pak Hermawan. Karena mereka, aku merasa punya keluarga.

Aku sempat berpikir untuk pergi dan mencari tahu sendiri asal-usul pamanku, dan juga anggota keluarganya. Apa sepupu-sepupuku tahu kalau paman seperti ini? Apa mereka mengenalku? Berapa banyak keluargaku? Bagaimana dengan keluargaku dari pihak ibu? Jujur pertanyaan-pertanyaan itu datang silih berganti mengusik pikiran.

Terkadang aku merasa sedih, kenapa tidak ada satupun keluarga pihak ayah dan ibu yang mau mengasuhku? Kenapa mereka membuangku ke panti asuhan? Apa mereka menganggap aku ini sudah mati? Apa karena aku nakal dimasa kecilku?

Perlahan-lahan cairan bening itu merembes dari sela-sela mataku, sungguh, aku rindu ayah dan ibu. Aku rindu nenek, kakek, dan sanak saudaraku yang tidak pernah kulihat sama sekali. Namun rindu sekedar terucap, aku harus sadar dan melihat kenyataan yang ada. Aku sendiri, tidak punya siapa-siapa. Ah, malang sekali nasibku.

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang