Part 51

5.2K 332 16
                                    

POV AINI

***
"Mas, kasihan Mas Ken sama Raisha, ya? Ujiannya terlalu berat."

Dokter Adit tersenyum kaku, lekas menarikku dalam pelukannya.

"Insha Allah ujian seberat itu tidak akan menimpa kita ya, sayang?"

Aku membalas pelukannya, pelukan yang menghadirkan kedamaian hakiki.

"Aamiin."

"Oh ya, tapi Mas agak sungkan jika kamu perhatian pada mantan suamimu itu, lain kali jangan lagi, ya?"

Dokter Adit menatapku dengan wajah memelas, aku tahu ia cemburu.

"Mas cemburu?"

"Gak, sih. Tapi dikit."

"Hahahah. Sama aja."

"Pokoknya kamu gak usah terlalu dekat dengannya, apalagi memberinya perhatian lebih. Ingat, sudah ada Mas. Pokoknya kalau kamu ingin mensuport mereka, Mas harus ikut serta denganmu. Oke?"

"Iya, siap. Yaudah, bagaimana kalau kita temui mereka? Aku mau bertemu Raisha. sesama perempuan harus saling mensuport, apalagi aku pernah berada di posisinya saat ini. Boleh ya, Mas?"

"Boleh, tapi tetap aja, Mas ikut denganmu."

"Yaudah, ayo kita kesana."

***
Saat ini aku dan Dokter Adit sudah berada di ruang perawatan Raisha. Kutatap ibunya Raisha, wanita paruh baya itu sama sekali tidak melirik atau menatapku barang sekilas, ia selalu menunduk. Takut kali, ya?

"Kamu yang sabar ya, Raisha." aku berusaha menguatkannya.

Tiba-tiba Raisha menatapku dengan tajam, mendorongku agar menjauh darinya.

Meskipun seluruh wajahnya di perban, aku masih bisa melihat wajah itu menampakkan ketidak sukaannya padaku.

"Kamu gak usah sok prihatin atau peduli padaku, Aini. Aku tahu kok, kamu senang, kan? Kamu bahagia karena aku kehilangan bayiku, aku kehilangan wajah cantikku, iya, kan? Jangan pura-pura kamu!"

Astaga, wanita satu ini sama sekali tidak pernah kehilangan sifat angkuhnya. Huh, bikin geram!

Dokter Adit mengapit pinggangku, menahanku agar tidak mendekati Raisha.

"Raisha, tenanglah. Kamu jangan su'udzon begitu, Aini dan Dokter Adit datang bukan untuk mentertawakanmu. Jadi, tenanglah."

Mas Ken berusaha menenangkan Raisha, sedangkan Raisha sama sekali belum beralih menatapku.

"Mas! Kamu kok malah bela Aini? Aku istrimu, Mas. Apa karena aku tidak cantik lagi, hingga kamu sudah tidak peduli padaku? Begitu, Mas?"

"Raisha, tenangkan dirimu! Semua yang kamu pikirkan itu salah besar, justru aku peduli padamu."

"Halah, munafik kamu,Mas. Aku sadar kok, aku sudah tak secantik dulu. Jadi kamu sudah tidak pernah membelaku lagi, teruskan saja Mas!"

Ku tatap wajah suamiku, ketidak nyamanan atas ucapan Raisha terpampang jelas di wajahnya. Aku tahu, Dokter Adit keberatan dengan tuduhan Raisha padaku.

"Sudah, sudah, kalian jangan bertengkar. Mas Ken, aku dan suamiku pergi dulu. Dan kamu Raisha, semoga cepat sembuh."

"Ck! Kamu jangan pura-pura sok peduli, Aini! Pergi kamu dari sini, aku tidak sudi melihatmu."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Dokter Adit bergegas menarikku keluar. ia sudah geram dengan ucapan Raisha.

"Huh, Mas benar-benar emosi dengan ucapan Wanita gila itu! Bisa-bisanya ia mengatai kamu begitu! Mas gak rela." omel Dokter Adi berusaha menetralisir emosinya.

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang