aku segera menghentikkan aksiku yang bisa dibilang bar-bar, kemudian mencengkram erat kerak baju Mas Ken.
"Sudah kubilang padamu, Mas, jangan lagi kamu campuri kehidupanku! Aku sengaja melepas diri dari kalian, tapi kalian tetap saja mengejarku. Katakan padaku, sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku, Mas?! Mati?!"
Dia terlihat kesulitan bernapas karena cengkramanku di kerak bajunya, oleh karena itu aku segera melepaskannya.
"Ingat, Mas, jangan libatkan polisi dalam urusan kita! Bukan aku yang memulai duluan, tapi kalian. Jika aku sampai terseret ke kantor polisi, bisa ku pastikan kalian juga akan mati perlahan-lahan!! Kamu tahu Sam, kan? Kuharap kamu tidak melupakannya. Orang-orangku banyak berkeliaran diluar sana, coba kamu bayangkan apa yang akan mereka lakukan padamu jika sampai aku tertangkap?! Ck, kurasa tidak perlu dijelaskan. Ingat, jangan libatkan polisi. Aku tidak main-main dengan ucapanku!! Dan satu lagi, jangan campuri kehidupanku, jika kamu ingin hidup tenang."
Aku mengusap darah yang masih mengucur dari bekas hantaman balok dikepalaku, jujur saja, kepalaku sedikit pusing dan sakit akibat hantaman balok tersebut.
"Jahat kamu, Aini. Aakkhh.." ujar Mas Ken sesekali merintih kesakitan.
"Bukan aku yang jahat, Mas, tapi kamu. Coba saja dulu kamu tidak membuatku kecewa dan marah, pasti aku tidak akan seperti ini. Jiwa psikopatku muncul karena dirimu, Mas. Jadi, jangan sok nyalahin aku. Apalagi sampai mencampuri kehidupanku!"
"Dengar Aini, wanita psikopat sepertimu tidak akan bisa dicintai oleh pria manapun!! Camkan itu!!"
Aiisshh, dasar pria satu ini!! Udah peot masih saja mengatai aku. Memancing jiwa psikopatku!!
"Sudahlah, Mas. Mana ponselmu, aku akan telpon Rumah Sakit dan meminta Ambulans untuk datang kesini. Kalian butuh perawatan intensif. Coba kamu lihat, baik kan aku? Oh iya, ingat pesanku tadi yah. Kamu jangan macam-macam, aku akan menyuruh orang-orangku untuk mengintai setiap pergerakanmu. Ingatkan Raisha soal ini, dan suruh dia agar menjaga mulutnya dari siapapun termasuk ayahnya. Oke?!"
Tanpa permisi, aku merogoh ponsel Mas Ken dari saku celananya, kemudian mulai menelpon Pihak Rumah Sakit agar mengirimkan Ambulans ke Mall ini. Hah, untung saja tidak ada satupun orang yang melihat kejadian tadi, karena mereka pada sibuk lalu lalang didalam Mall.
"Ingat, Mas, jangan libatkan polisi!!"
Aku melempar ponsel Mas Ken tepat di wajahnya, membuatnya meringis kesakitan.
Kulihat Raisha tidak bergerak sama sekali, sepertinya dia pingsan. Ah, sudahlah. Tiba-tiba,
"Astaga!! Apa yang terjadi disini?!" tanya tukang parkir tiba-tiba datang dan berusaha menyadarkan Raisha.
"Itu pak, tadi ada preman berusaha memalak mereka, tapi berhasil kabur dan meninggalkan mereka dalam keadaan seperti ini. Saya sudah telpon Ambulans, mereka dalam perjalanan. Bapak tunggu disini saja, yah? Karena saya buru-buru."
Aku meninggalkan area parkiran dan hendak kembali kedalam Mall menemui Dokter Adit dan keluarganya. Sempat kulihat tatapan tajam Mas Ken padaku, tapi tidak kuhiraukan.
Sebelum meninggalkan tempat itu, aku mengirim pesan pada Sam agar menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk mengintai pergerakan Mas Ken. Aku tidak percaya padanya ataupun Raisha, bisa jadi kan, mereka tetap melaporkanku pada polisi atas tuduhan penganiayaan.
***
Sebelum masuk kedalam Mall, aku buru-buru menuju toilet. Membasuh wajah dan membersihkan percikan darah yang mengenai kaus lengan panjangku. Ahh, wajahku tampak pucat. Sepertinya hantaman balok tersebut berhasil menimbulkan sensasi perih dikepalaku, membuat kepala ini sedikit pusing. Kuperhatikan baik-baik dari mana darah itu mengucur, sepertinya letak lukanya tidak jauh dari dahi. Aiisshh, sakit sekali. Bagaimana aku bisa bertemu Dokter Adit dan keluarganya dalam keadaan seperti ini? Apa aku pulang saja, yah? Tapi, bagaimana dengan ibu Naimah dan Mira?
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
ActionJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...