Part 28

5.6K 285 8
                                    


POV MAS KEN

***
Hari ini, semua hancur lebur seketika. Aku kehilangan semuanya, rumah, perusahaan, dan tentunya Raisha.

"Mas, maafkan aku. Bukannya aku sudah tidak mencintaimu, tapi, aku harus patuh pada papa. Jujur, aku juga manusia biasa. Dan tentunya, aku butuh fasilitas hidup. Maafkan aku, Mas. Lupakan aku."

Masih kuingat dengan jelas saat Raisha memutuskan hubungan kami secara sepihak, dia benar-benar meninggalkanku. Apa karena aku sudah tidak punya apa-apa lagi?

Kulirik ibu sebentar, dia tampak melamun seharian ini. Ibu tidak mau makan apapun, dia sedikit depresi.

Ah, Aini, aku tidak menyangka jika dia setega itu padaku. Aku tahu aku salah, sangat salah karena sudah menyia-nyiakannya selama dia masih jadi istriku. Aku sudah jahat padanya, aku sudah jahat pada putriku, Syifa. Tapi kenapa dia balas menjahatiku?

Aini, seandainya kamu tahu, Aku benar-benar mau gila. Aku tidak tahu harus berbuat apa, ini semua salahku. Aku sudah salah menilaimu selama ini, seandainya saja aku tidak terlalu jahat padamu, pasti jiwa baikmu masih bersemayam hingga saat ini. Ini semua salahku, dan sekarang, aku menuai karmanya!

Saat ini aku dan ibu tinggal disebuah kontrakan sempit yang sedikit kumuh, aku tidak mampu membayar rumah yang layak, dan terpaksa tinggal disini. Aku dan ibu enggan pulang untuk menemui ayah, kenapa? Takut ayah akan murka. Selama ini ayah tidak pernah tahu apa yang sudah aku dan ibu perbuat Aini. Yang ayah tahu, Aini adalah menantu kesayangannya. Lantas, bagaimana jadinya jika aku bilang kami sudah bercerai?

Masih kuingat jelas bagaimana ibu memaksaku untuk menikahi Aini, sebab ibu menyukai wanita itu untuk jadi menantunya. Bahkan ibu sangat baik padanya dan tentunya sering menceritakan sosoknya padaku agar hatiku luluh. Meskipun aku berontak menolak perjodohan itu, Ibu dan ayah yang sangat menyayangi Aini tetap bersikukuh agar pernikahan itu tetap dilaksanakan. Bahkan, aku sampai mengancam untuk bunuh diri. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Yang ada, penyakit jantung ayah kambuh. Dan tetap saja, aku menikahi Aini.

Awal-awal menikah, semua baik-baik saja, meskipun aku sama sekali tidak mencintainya. Hingga suatu hari aku kembali menjalin hubungan rahasia dengan Raisha, kekasih lamaku. Mulai saat itu, aku menjadi orang pemarah. Aku tidak segan membentak Aini dan mencacinya. Itu karena Raisha yang sering menuntutku agar segera menceraikan Aini, Aku benar-benar pusing dibuatnya.

Hingga suatu hari, semua itu berubah ketika seseorang datang dan menawarkan kerjasama pada ibu. Dia adalah pak Robert, paman kandung Aini. Dia beriming-iming kalau ibu akan menjadi orang kaya raya jika ibu berhasil mengambil alih harta warisan kedua orang tua Aini yang jumlahnya tidak sedikit itu, dan tentunya melalui aku anaknya. Tapi ibu tetap menolak mentah-mentah, begitupula denganku. Karena tujuan awal ibu memintaku untuk menikahi Aini semata-mata agar aku dapat melindungi Aini dari Pak Robert yang gila harta. tidak lebih dari itu. Lantas, dengan alasan apa ibu menyetujui rencana kotor itu?

Namun seiring berjalannya waktu, aku dan ibu terhasut juga oleh pak robert. Dan jadilah kami satu tim yang menyambangi rencana jahat tersebut. Sebenarnya aku tidak setuju dengan sikap ibu yang mendadak jadi matrealistis, hanya gara-gara hasutan Pak Robert. Iman ibu masih lemah. Tapi aku bisa apa? Bahkan niatku untuk berpisah dengan Aini pun selalu gagal karena ibu.

Dari situlah, ibu semakin agresif. Setiap mengobrol, selalu saja harta Aini yang dibahas. Sampai-sampai aku merasa bosan sendiri. Aku bertanya-tanya, kemana rasa kepedulian ibu yang katanya akan melindungi Aini dari Pak Robert? Semuanya hilang tertutupi harta yang masih dalam khayalan. Ah, secepat itukah manusia berubah?

Semakin lama, aku semakin tertekan dan kesal dengan Raisha yang meminta segera ku nikahi. Seperti biasa, Aini yang jadi pelampiasan amarahku. Lagi-lagi dia sabar, dan puncaknya setelah aku menamparnya malam itu. Tiba-tiba dia sangat marah hingga menyerangku dengan brutal. Sesuatu yang tidak pernah kuduga dari seorang Aini. Bahkan, dia tidak segan-segan melawan ibu. Ada apa dengannya?

Salahku Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang