***
Waktu menunjukkan pukul 08:00, masih terlalu pagi. Bagaimana jika aku jalan-jalan? sudah sangat lama aku belum menginjakkan telapak kaki ini di lantai Mall, atau di Restauran mewah, ah... Rasanya pengen sekali.Ku lirik ibu mertua yang saat ini sibuk menata gelas dan piring ke tempat wejangan. Dengan ragu aku mendekat,
"Emm, bu..." panggilku dengan ragu.
Ibu memandangku sekilas, dan kembali kerutinitasnya.
"Ada apa, Aini?"
Aku menyunggingkan senyum termanisku, lalu menggaet lengan ibu mertua dengan manja. Aku tahu, dia pasti terheran-heran dengan sikapku. Sebenarnya ibu mertuaku ini sangat baik. Dan soal dia sering melontarkan kata-kata pedas akhir-akhir ini, aku yakin itu karena dia peduli padaku.
"Ini nih, kelakuan mantu sekarang. Kalo udah begini ibu udah kebal, Pasti ada maunya."
Aku terkekeh mendengar ocehan ibu mertua, rupanya dia sangat peka. Aku memeluk pundaknya erat.
"Ibu udah gak marah lagi kan sama Aku?"
Ibu mertua sama sekali tidak bergeming, pasti pura-pura tidak mendengar ucapanku. Buktinya dia cuek bebek.
"Ibuuuuu..." panggilku dengan nada sedikit di keraskan. Hahaha, pasti dia terkejut. Soalnya aku bicara sangat dekat dengan kupingnya.
"Astagfirullah, Aini! Ibu hampir jantungan loh! Ini kuping, Aini!"
Tuh, kan? Apa aku bilang? Kaget dia.
"Ehehehe, yah maaf, bu. Salah ibu sendiri, aku gak di dengerin."
"Iya, iya, ada apa?! Hah, ternyata begini Rasanya kalo punya anak perempuan, bisa jadi jantungan setiap hari."
"Hehehe... Maaf, bu. Iya deh, aku ngaku salah."
Ibu mertua menghentikan aktivitasnya, dan menatapku curiga. Yes! Berhasil.
"Jangan-jangan, benar lagi, pasti ada maunya."
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Aku mau izin, bu. Mau jalan-jalan bentar doang."
"Jalan-jalan? Sama siapa? Emang kamu udah gak miring lagi itu otaknya?"
"Ah, ibu... Kok miring, sih? Ibu jahat ah."
Aku pura-pura memasang wajah sedih, dan berharap wajahku tidak kelihatan alay di depan ibu.
"Bukan, bukan begitu, Aini. Kamu kan tahu sendiri, kamu itu belum terlalu pulih. Ibu khawatir, nanti terjadi apa-apa di luar sana. Kecuali, ibu ikut."
"Ah, ibu. Terima kasih perhatiannya. Tapi ibu tidak perlu ikut, aku bisa nyetir sendiri kok."
"Loh, gak boleh! Nanti kalo terjadi apa-apa pas kamu nyetir gimana? Ibu gak mau. Yaudah, ibu telpon Ken dulu, supaya bisa temani kamu jalan-jalan."
Waduh! Jangan sampai ibu menelpon Mas Ken, bisa gagal nantinya.
"Aduh, jangan dong, bu. Ah, atau begini saja, aku bisa pergi diantar mang Umang kok. Boleh yah, bu? Pleaseeee..."
Ibu terlihat berpikir keras.
"Yaudah, kamu di antar sama Umang. Tapi ingat, kalo ada apa-apa langsung telpon ibu."
"Siap, bu bos. Tapi, emm... Anu, bu."
"Apalagi, Aini?"
"Aku... Belum save nomor Hp ibu."
"Astagfirullah, Aini!! Kok nomor ibu mertua sendiri gak di Save? Ah, bikin kecewa aja!"
![](https://img.wattpad.com/cover/218688489-288-k294112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
AzioneJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...