POV KEN
***
Aku benar-benar tidak menyangka jika harus mengantar pesanan makanan ke rumah megah nan elegan, yang ternyata adalah rumah mantan istriku, Aini.Aku melongo hebat, serasa kaki ini tidak berpijak.
Aku sama sekali tidak berkutik saat ia tahu siapa tukang delivery ini. Ingin lari dari sana, tapi aku tidak punya kesempatan. Ya Tuhan, aku malu sekali.
Mantan istriku itu makin hari semakin cantik, oh tidak, punya hak apa aku? melihat Dokter Adit ada di rumah itu, semakin membuatku tidak enak.
Menurut kabar yang kudengar, sebentar lagi mereka akan menikah. Ah, Aini, kamu benar-benar sudah bukan milikku lagi. Apalah daya, aku pria pengecut.
***
"Pak Ken, ada kiriman untuk anda."Maryam, ia pelayan senior Rumah Makan Sakti, tempatku bekerja saat ini.
Ia menyodorkan amplop lumayan besar padaku, cukup membuatku bingung.
"Mar, ini apa?" kuterima dan kuamati amplop tersebut, sempat bertanya-tanya kira-kira apa isinya?
"Kayaknya duit, Pak. Coba dibuka."
Aku mengikuti arahan Maryam, segera membuka dan melihat isi amplop tersebut. Aku penasaran.
Seketika aku menggigil hebat, benar kata Maryam, isinya sejumlah uang yang tidak sedikit. Sekitar 30 jutaan.
"Mar, ini dari siapa?"
Rasa penasaran yang menggebu-gebu, antara senang dan galau. Bagaimana jika uang ini hasil curian yang sengaja diendapkan pada orang lain? Ah, tidak mungkin.
"Katanya sih, dia teman SMA-nya Mas Ken."
Teman SMA? Tapi siapa?
"Cewek atau cowok, Mar?"
"Cewek. Cantik nan mungil, jika dilihat mirip seorang bocah."
Mirip seorang bocah? Seingatku, teman SMA dulu badannya pada bongsor, baik ceweknya maupun cowoknya. Jika ia mengatakan teman SMA ku, rasanya itu tidak mungkin.
Lantas, siapa?
"Makasih ya, Mar. Aku pulang dulu."
"Siaap, besok jangan lupa datang pagi ya."
Aku menganguk pelan, setelah itu berlalu pergi.
Sebelum pulang ke rumah, aku menyempatkan diri singgah di Bank. Aku harus mengamankan uang ini dari Raisha, kalau tidak, uang ini akan ludes tak tersisa.
***
Baru saja aku menginjakkan kaki di teras rumah, terdengar keributan yang memekakan telinga. Sepertinya dari dari dalam rumah.Bisa kudengar jelas, ibu berdebat dengan seseorang, Tapi siapa?
Astaga, Ayah!
Dengan cepat aku masuk, mendapati wajah geram ayah disana.
"Sudah pulang juga kau rupanya! Sekarang jelaskan semua ini padaku!"
Ayah terlihat sangat marah, matanya merah padam. Ya Tuhan, bagaimana ini? Pasti ayah sudah tahu jika aku dan Aini sudah bercerai.
"Hei, Ken! Aku nak tanya kau, jawab!"
Aku bergegas memeluk lutut ayah, berharap pria sangar itu mau mengerti keadaan.
"Ayah, maafkan Ken, ayah. Ken gagal mempertahankan rumah tangga Ken dengan Aini."
Ayah langsung menarik kerak jaket yang aku kenakan,
BUGGH!
Ayah memukulku.
"Dasar pria tidak tahu diuntung! Aku benar-benar tidak menyangka, sifatmu sangat menjijikkan! Aku benar-benar muak dengan kalian berdua, manusia yang tidak tahu rasa bersyukur, tidak berperasaan, dan sangat jahat. Tapi aku lega, lega karena Aini bisa lepas dari pria sepertimu, Ken. Dan mertua seperti ibumu itu! Sudah cukup, aku benar-benar muak! Dan kamu Rosimah, mulai hari ini kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, aku talak kamu!"
JEDAARRR!!
Ya Tuhan, ayah menalak ibu? Tidak, tidak mungkin.
"Mas Karyo, maafkan aku, Mas. Aku khilaf, kita jangan pisah, Mas. Aku mohon, hiks..hiks."
Ibu memeluk lutut ayah, tapi ayah sama sekali tidak peduli.
"Aku tidak sudi hidup berdampingan dengan wanita tidak berperasaan seperti kamu, Rosimah! Wanita Jahat!"
"Ayah, aku mohon, maafkan aku dan ibu. Kami khilaf, yah." aku ikut berlutut dan memohon pada ayah, berharap Ayah luluh dan memaafkan kami.
Tapi ternyata tidak, ayah pergi begitu saja tanpa menghiraukanku dan ibu.
Aku hendak mengejar, tapi kuurungkan saat ayah menatapku dan ibu dengan tatapan marah.
"Kalian berdua ingat baik-baik, jangan pernah temui aku lagi! Aku tidak sudi punya anak dan istri seperti kalian!"
Sesaat kemudian mobil ayah melaju dengan kecepatan tinggi. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?
"Mas, aku minta duit, hari ini aku mau ke Salon."
Astaga, Raisha! Kenapa wanita ini sama sekali tidak mengerti keadaan keluargaku yang lagi kacau balau? Dimana letak hati nuraninya?
"Raisha, aku ini lagi pusing! Apa kamu tidak dengar apa kata ayah tadi? Dia menalak ibu, dia sangat marah padaku."
"Ya itu bukan urusanku!" bentaknya tanpa merasa sungkan.
"Raisha! Kamu keterlaluan sekali, apa kamu mau bernasib sama seperti ibu, hah? Mau aku talak juga?"
Kali ini Raisha mendadak diam, setelah itu masuk kedalam kamar.
***
Gara-gara kejadian itu, ibu mendadak jadi pendiam. Tatapan matanya kosong, ia tidak mau bicara sepatah katapun. Aku tahu kalau ibu menangis semalaman, membuat matanya sembab dan timbul lingkaran hitam di bawahnya."Bu, ibu makan dulu, ya?" aku berusaha mengajak ibu bicara seraya menyuapinya.
Tetap saja. Ibu benar-benar sudah jadi pendiam.
Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Mau menyusul ayah ke Bogor, aku tidak berani. Ayah orangnya nekat, dan tidak bisa diganggu gugat. Jika ayah bilang A, selamanya akan menjadi A.
"Mas, hari ini aku ada acara arisan di rumah Rastika. Kasih aku uang sejuta, soalnya setelah acara selesai kami akan jalan-jalan ke Puncak." ucap Raisha tanpa jeda, istriku ini benar-benar tidak peduli dengan keadaanku.
"Uang? Aku gak punya uang, Raisha. Uang darimana coba?"
"Ya, aku gak mau tahu! Pokoknya aku mau uang sejuta, saat ini juga!"
"Kamu tuh!!" aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi, ingin sekali menampar Raisha.
"Kenapa diam aja? Tampar, ayo tampar! Dengar ya, Mas, aku sudah muak dengan semua ini! Aku sudah tidak tahan."
"Apa maksudmu, Raisha?"
Raisha diam saja, membuatku semakin geram.
Ya Tuhan, kenapa hidupku semiris ini?
***
Kuputuskan membawa ibu ke Rumah Sakit. beberapa jam yang lalu ibu jatuh pingsan.Kata Dokter, ibu mengalami depresi berat. Jika tidak ditangani dengan serius, mental ibu akan terganggu. kemungkinan besar ibu akan menjadi gila.
Oh Tuhan, cobaanmu berat sekali.
Apa aku harus bujuk ayah supaya ia menemui ibu? Hah, aku benar-benar tidak bisa berpikir.
Raisha? Jangan tanya lagi, aku benar-benar muak melihatnya. Entah sampai kapan keadaan ini membuntuti hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahku Apa?
ActionJika jodoh sudah tiba, mau tidak mau kamu harus terima, bukan? Lantas, bagaimana jika dia bukan jodoh sebenarnya? Aini, seorang anak yatim piatu yang jago bela diri dan menjadi Bos salah satu Geng Motor yang paling di takuti di kotanya. Namun, dia m...