Ziva terus mondar-mandir didepan gerbang, dia bingung dia harus balikin ke toko apa dia simpen aja tuh kalimba. Tapi dia males kalau harus ketemu sama Gabriel tapi dia gengsi buat nyimpen kalimbanya.
"Kalau gue ga balikin pasti Gabriel kira gue suka sama tuh kalimba"gumam ziva lirih.
"Ziv ayo pulang"teriak papanya dari dalam mobil yang kacanya sudah terbuka.
"Umm pa maaf ziva lupa ga ngabarin karena mendadak, ziva mau ada kerja kelompok dirumah Nadin anaknya Pak Nasution itu. Nah ziva bareng sama Nadin aja, papa pulang duluan gapapa"jawab Ziva menjelaskan.
Dia terpaksa harus berbohong pada papanya untuk pergi ke toko musik itu.
"Oh yaudah kalau gitu salam buat pak Nasution, papa lama ga ketemu."sahutnya.
"Siap pa"
-----
Ziva benar-benar sedang menuju toko musik itu, karena papanya tidak memperbolehkan dia naik ojek terpaksa dia menelpon mantan supirnya yang sekarang menjadi ojek online.
Dulu ziva punya supir tapi entah kenapa dia dipecat oleh papanya dengan suatu alasan yang tidak ia ketahui dan sekarang Pak Jamal sebutannya sudah menjadi seorang ojek online.
"pak makasih ya, jangan bilang ke papa ya" ujar Ziva sesampainya di toko musik.
"Tenang aja non, saya sudah lama ga ketemu sama bapak kok"jawab pak Jamal dengan ramah.
"Yasudah saya pergi ya non"lanjutnya.
"Iya pak, hati hati".
Ziva melangkahkan kakinya dengan sangat ragu. Langkah demi langkah dia masuk ke dalam toko.
Ia angkat kepalanya keatas untuk tau nama toko tersebut karena pertama dia kesana dia terlalu asik dengan zava."Huston"lirih ziva sembari bibirnya mengucapkan nama toko tersebut.
Huston merupakan perusahaan milik keluarga yang bergerak di segala bidang,.mulai dari alat rumah tangga, desain interior, kesehatan, komunikasi, musik, dan masih banyak.
Bisa bayangkan betapa besarnya perusahaan itu dan yang ziva bingungkan adalah kenapa para pewaris Huston lebih memilih bersekolah di sekolah umum daripada swasta milik mereka sendiri.Pede saja, ziva berfikir bang zero ingin bersamanya haha.
Derap langkah ziva terus mendekat pada laki-laki tua yang ia temui kapan lalu.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?"tanya laki-laki tua itu.
"Tidak pak, saya hanya ingin mengembalikan ini"ziva pun merogoh kalimba milik Gabriel dari tasnya.
Lalu dia sodorkan kepada penjaga toko tersebut.
"Maaf mbak barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan"ucap lelaki itu sambil mencermati kalimba itu.
"Mbak ini bukannya milik Tuan Gabriel"lanjut lelaki itu.
"Umm itu pak, pokoknya saya kasih ke bapak, urusan itu punya siapa saya juga gatau"ziva menarik bibir bawahnya, menggigitnya karena bingung harus menjawab apa.
"Tapi mbak---"
Lalu terdengar suara piano yang sangat menggema disebelah ruangan.
Seperti ada seseorang yang memainkannya.
All I want ia nothing more
To hear you knocking at my door
"Gabriel"gumam ziva setelah mendengar Gabriel menyanyikan sebuah lagu dengan sangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
TeenfikceCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...