"L"

1.1K 72 6
                                    

Sepeninggal Zava, Ziva dilanda kesepian. Zanna diam-diam keluar dengan Zero dan tidak mau dirinya ikut.

"Awas aja kalian berdua pacaran ishhh"gumam Ziva dengan sebal setelah menutup telefon kakaknya yang memberi kabar.

"Nak Ziva"sapa seorang perempuan paruh baya pada Ziva.

"Eh mbok Iyem"sapa Ziva balik.

"Nyonya ga dirumah?"

"Enggak mbok, mau berish-bersih ya mbok?" Ziva menaruh botol minuman yang baru saja ia keluarkan dari kulkas untuk menuang isinya.

"Iya.. nak Ziva mau keluar apa dirumah?"perempuan itu langsung mengambil sapu yang ada diujung dapur.

"Saya dirumah, kalau mbok butuh apa-apa panggil saya aja"ungkap Ziva dengan nada yang sangat sopan.

Semenjak kedua putrinya beranjak dewasa, Darwis tidak memperbolehkan ada satu orang ART pun yang tinggal dirumahnya. Ia memilih untuk mencari ART yang mau datang saat ia membutuhkan saja seperti saat itu. Hingga ART keluarga Ziva memang tak terhitung jumlahnya sebab mereka datang hanya jika Darwis menyuruh.

Dulu sebelum ada peraturan itu ada banyak sekali orang yang tinggal dirumah Ziva, seperti pembantu, tukang masak, supir, tukang kebun.

Jika ditanya mengapa, Darwis menjawab kalau ia ingin menikmati harinya dengan kedua anak dan istrinya.

"Nak Ziva boleh minta tolong"
Ziva yang baru saja melangkah menuju ruang tamu pun menghentikan langkahnya.

"Iya?"

"Belikan sabun pel di tetangga dekat rumah"ujar Mbok Iyem.

"Oh iya, saya belikan dulu. Mbok tunggu dulu sebentar"

Ziva lekas berangkat dengan masih mengenakan pakaian rumahannya, celana hitam pendek dengan kaos pink oblong terpadu sempurna oleh sendal jepit merah jambu.

Toko kecil yang tak jauh dari rumahnya itu nampak begitu sepi.

"BUK BELI!!"teriak Ziva tak terlalu keras.

Tapi pemiliknya tak kunjung keluar.

"BUK BELI!!"teriak Ziva lagi.

Apa pemiliknya sedang tidur, pikirnya.

"BUK BELI!! NANTI REJEKINYA DIPATOK AYAM LHO"teriak Ziva lagi namun melirihkan kalimat yang terakhir.

"Dorrr!!"

Ziva langsung terjingkat saat seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Ihhh apa apa an sih Lo!"geram Ziva sembari memukuli orang itu dengan sangat keras.

"Lo ngapain sih Biel ngikutin gue mulu, sehari aja ga ketemu Lo, bisa ga?"gerutu Ziva sebal masih memukuli Gabriel.

"Lo ngapain disini?"Gabriel menatap Ziva dari atas hingga bawah. Wanita itu benar-benar seperti wanita rumahan berbeda dengan pakaian dia sebelumnya.

"Kenapa Lo liat liat" Ziva menyentak Gabriel.

"Enggak"

"Eh nak mau beli apa?" Seseorang yang muncul membuat mereka menoleh kearah yang sama.
Ternyata pemilik toko.

"Beli sabun pel lantai buk, satu aja terserah yang apa aja"tutur Ziva.

Gabriel hanya diam disampingnya.

"Nah iya yang itu aja"pekik Ziva setelah melihat ibu itu membawa barang yang ia cari.

"Berapa buk?-- umm what gue ga bawa duit" Ziva menepuk jidatnya keras.

UNTIL TOMORROW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang