Pagi dihari Minggu, Ziva mengawali harinya dengan membuka ponsel lalu melihat ada grup baru yang asing baginya.
Ya! itu memanglah grup yang dibuat Zero tadi malam, bibirnya tertawa kecil membaca pesan-pesan tersebut. Tanpa membalasnya, ia menutup ponsel dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Rencananya ia akan lari pagi hari itu karena sudah lama sekali ia tidak berolahraga.
"Ziv!!"teriak seseorang dari balik pintu kamar Ziva.
"Ngapain Lo disini"teriak Ziva balik pada suara yang sudah tidak asing tersebut.
"Ikut gue yuk jalan"teriak yang tak lain adalah sahabatnya Zava.
"Bentar gue ganti baju dulu, Lo kalo pengen sarapan dibawah, tadi kak Zanna masak" Ziva mengeraskan suaranya agar Zava mendengar dengan baik.
"Susu ada gak?"
"Dikulkas ada Lo ambil aja"
"Oke, cepetan!"
Buru-buru Ziva mempersiapkan dirinya. Dia yang kini menggunakan baju olahraga dengan rambut yang terikat Cepol dibelakang.
"Kak Zanna ga dirumah?"tanya Zava pada perempuan yang baru saja menguap itu.
"Lari mungkin, duh gue udah mandi tetep ngantuk"
"Kebiasaan"
"Yaudah yuk, gue ambil kunci rumah, Lo keluar duluan"suruh ziva sembari mencari kunci rumahnya.
"Loh mama papa ga dirumah?"
"Gatau tadi malem tiba-tiba ada acara ke Surabaya. Katanya sih urusan penting"
"Oh"singkat Zava.
----
Mereka hanya berlari mengelilingi kompleks hari itu.
"Zav beli itu yuk jajanan anak SD"bujuk Ziva pada Zava yang masih berlari kecil.
"Ga sehat ziv"Tolak Zava.
"Sekali-kali, kemarin gue lewat itu depan gang kan ada SD duh enak banget zav kayaknya."
"Minggu emangnya buka?"
"Kita coba aja dulu" ziva menaik turunkan alisnya.
"Gue ga ada duit"
"Gue bawa kok"tandas Ziva.
"Lo niat lari apa beli jajan?"
"Jajan 90%, lari 10%" perempuan itupun berlari dengan semangat kearah gang yang ia maksud.
"Dasar bocah!"teriak Zava sampai ke telinga Ziva lantas perempuan itupun menolehkan kepalanya sambil menjulurkan lidah mengejek.
"Zav itu tuh"Ziva nenunjuk jajanan yang ia maksud, zava pun hanya menuruti langkah Ziva kemanapun dia pergi.
Terkadang perempuan itu begitu menenangkan hatinya , terkadang suaranya mampu memenuhi kepalanya jika sedang ada mau.
"Udah cepetan beli"
"Lo iya gak?"
"Gausah Lo aja"tolak Zava.
"Pak ini berapa?"
"Terserah adeknya mau beli berapa"jawab laki-laki paruh baya tersebut.
"Saya udah gede pak, jangan dipanggil Adek"cercah Ziva dihadiahi tawa oleh Zava.
"Aduh mbaknya ini kayak masih SD"jawab pedagang tersebut.
"Tuh dengerin makanya kalau disuruh renang itu ya renang ga cuma datang ke kolam terus bayar absen doang abis itu pulang"ejek Zava mengingat saat ada ekstra berenang, Ziva hanya membayar absen saja lalu pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
Fiksi RemajaCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...