Pulang dari sana terpaksa Ziva harus berpisah dengan Zava karena ia masih bermalam di kediaman Huston.
Zava pun tak sendirian, karena dia mengantarkan Nadin pulang kerumah.
Zero yang menyetir didepan dengan Zanna disampingnya.
Sedang Arkila dibelakang duduk bersama Ziva karena bagian tengah juga hanya ada dua kursi.Tubuh yang sama-sama mungil membuat itu cukup untuk keduanya.
"Puncak yuk" ajak Zero memecah keheningan para teman menyetirnya yang asik dengan ponselnya masing-masing.
"Aaaa setuju banget" jawab Ziva dengan riang.
"Puncak tu mana?"Tanya Arkila dengan polos.
"Dipuncak pohon Cemara, burung kutilang berbunyi"jawab Zero menyanyikan sebuah nada dari lagu masa kecilnya.
"Lo masak ga inget sih"Gabriel menyelah.
"Ya kan pas gue masih kecil"Arkila memajukan bibirnya kedepan.
"Yaudah kapan nih enaknya?"tanya Zero lagi.
"Minggu depan aja Biel, pas mama papa gue udah balik sekalian aja sekeluarga. Sabtu aja berangkatnya biar ga mepet masuk sekolah"saran Zanna . Perempuan itu sedang menikmati kacang kuaci yang ada di mobil Zero.
"Bagi dong" Arkila mengulurkan tangannya untuk meminta kuaci dari Zanna.
Zanna pun memberinya banyak.
"Setuju gue, Minggu juga gapapa biar bolos!"Ujar Ziva yang sangat disambut baik oleh Zero dan Gabriel.
"Gak gak! Kalian abis ini ujian ga ada acara bolos bolos"Zanna tegas.
"Yah ga seru Lo"Enyah Ziva mendecakkan bibirnya lalu melempar kulit kuaci milik Arkila kearah depan.
"Emak-emaknya keluar"ejek Zero menambahi.
"Calon emak dari anak anak Lo"Gabriel memecah suaranya yang sedari tadi diam.
"Amin!!"teriak Zero langsung.
"Amin!!"tambah Arkila sambil mengigit kulit kuacinya.
"Asin banget yang ini"Perempuan itu lalu memuntahkan kulit kuaci itu yang dirasa sangat asin.
"Tuh ibarat omongan Lo zer. Asin!"Sahut Zanna.
"Lah asin asin masih berasa daripada hambar. Namanya juga gejolak kehidupan"Sanggah zero membela diri.
"Anjay bahasa Lo bang!" ziva tertawa kecil mendengar ucapan Zero barusan.
"Kelean kalo didepan berdua gitu berasa jadi emak bapak"Tambah Gabriel.
"Haha setuju"Arkila pun ikut-ikut menggoda Zanna.
"Najis punya anak kayak kalian"ejek Zanna. Matanya melihat kearah jalanan yang sangat ramai malam itu.
"Loh enggak dong, Gabriel yang tampan, Ziva yang manis, dan Arkila yang lucu"Elak Arkila lalu mengetoskan tangannya dengan Ziva dan Gabriel.
"Ya udahlah gapapa juga gue punya anak anak bandel kayak kalian yang penting emaknya Zanna"Jelas Zero masih fokus menyetir.
"ZER!!" Zanna berteriak saat Zero hampir saja menabrak mobil lain yang tiba-tiba melintas didepannya.
Mereka bertiga yang ada dibelakang pun ikut kaget.Ziva dan Arkila terhuyung kedepan kecuali Gabriel yang bisa mengendalikan keseimbangannya.
Zava membuka kaca mobilnya dan melihat mobil hitam itu, melihat plat nomornya.
"duh andai tuh mobil berenti gue pukul tuh orang" Arkila emosi hingga memukul-mukul kan tangannya ditelapak tangan yang satu lagi.
"Gue udah tau platnya, ga ada yang kenapa-napa kan?"Zero memastikan semua orang baik-baik saja sembari melihat Zanna lalu melihat mereka buang dibelakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
Teen FictionCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...