"Tuan"sapa seorang pelayan yang baru masuk kedalam ruangan Gabriel.
"Hmm"dengan Gabriel yang masih sibuk dengan berkas-berkas nya.
"Tuan Haris sudah menunggu"
"Saya segera kesana" Gabriel membenarkan jasnya lalu keluar ruangan.
Jika sudah seperti ini, rasanya Gabriel bukan lagi pria berusia 19 tahun yang baru mau lulus SMA.
Perawakannya, cara jalannya, tatapan matanya, semua berwibawa. Dan tentu itu menjadi daya tarik para wanita yang ia lewati.
"Gabriel"Sambut seseorang padanya yang baru saja memasuki ruang meeting.
Gabriel menundukkan kepalanya memberi salam penghormatan.
Lalu ia duduk ditempatnya, yang seharusnya diisi oleh Zero.
Disamping kanan kirinya ada banyak sekali orang penting , baik itu dari perusahaannya maupun perusahaan bawahan Huston.
Rapat pun dimulai, ini bukan kali pertama Gabriel mengikuti rapat seperti itu. Namun ia tak sesering Zero, ia hanya datang kalau ada yang dibutuhkan darinya atau sebagai wakil kakaknya. Apalagi kalau Hans dan Huston tidak datang, pasti Ia yang mewakili.
Usai rapat, Gabriel mengobrol dengan beberapa orang disana yang semuanya berusia jauh diatasnya.
"Kau sudah pindah?"Tanya seorang pria paruh baya sembari menepuk pundak Gabriel.
Gabriel tersenyum kecil.
"Sudah sekitar beberapa Minggu yang lalu"jawab Gabriel sopan.
"Ayah.."panggil seseorang pagi pria yang tengah mengobrol dengan Gabriel itu.
"Gabriel, perkenalkan ini putri saya, Lauren"
"Gabriel" ia mengulurkan tangannya untuk mengajak Lauren bersalaman.
"Lauren"wanita tinggi, cantik, putih, dengan baju formal nya itu menyalami Gabriel singkat.
"Saya permisi dulu Tuan Redi"pamit Gabriel karena ia masih ada urusan untuk bertemu beberapa orang penting lagi.
"Umm Biel, saya mau rapat sebentar setelah ini. Bisa tolong antarkan anak saya ke apartemen nya? Dekat dari sini" Redi meminta tolong pada Gabriel.
Tentu saja Gabriel tidak bisa menolak.
Dan Lauren pun dengan sangat senang menyetujui itu, kenapa tidak? Pulang bersama pria tampan dan kaya seperti Gabriel? Pasti dia mau.
"Kau bersekolah dimana?"Lauren membuyarkan keheningan diantara mereka berdua.
Setelah sebelumnya hanya suara hentakan kaki dari sepatu Gabriel dan Lauren yang memenuhi sepanjang mereka berjalan."Sekolah negeri"Jawab Gabriel dingin.
Laki-laki itu kembali pada sifat aslinya, sifat yang dimiliki oleh semua anggota keluarga Huston.
"Aku fikir keluargamu punya sekolah sendiri"jawab Lauren.
"Itu bukan urusanmu"Tandas Gabriel.
"Masuklah"Gabriel menyuruh Lauren masuk kedalam mobil yang pintunya dibukakan oleh satpam yang ada disana.
"Aku dibelakang?"Tanya Lauren terkejut , Gabriel menyuruhnya untuk duduk di kursi penumpang.
Gabriel tidak menjawab, ia langsung berjalan ke kursi pengemudi.
Lauren menutup pintu kursi belakang dan mengeyel untuk duduk di kursi depan, disamping Gabriel tentunya.
Gabriel mencoba menahan nafas beratnya. Dia sudah menyangka dari gerak-gerik Lauren, kalau perempuan itu sama seperti perempuan yang tidak berharga diri lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
Fiksi RemajaCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...