BERANTAKAN.
Itulah definisi dari Gabriel saat ini.
Pria itu mengobrak-abrik apapun yang ada disekitarnya, bahkan tangannya sudah berlumuran darah karena digunakan untuk memukul kaca.
Sprei yang semula berwarna abu-abu seketika dipenuhi bercak darah segar yang menetes dari wajah dan tangan Gabriel.Pria itu meringkuk di balkon kamarnya, meratapi kebodohan dirinya karena tidak menyadari kalau Zero menyembunyikan banyak hal.
Gabriel sempat memberontak untuk ikut mencari Ziva, hingga Huston kewalahan dan menyuruh para ajudan memukuli Gabriel sampai tak berdaya dan mengunci pria itu didalam kamar.
"Arghh!!!"Teriaknya sembari menghantam lantai dengan sangat keras tak peduli tangannya yang masih berlumur darah.
Tangan itu seperti sudah mati rasa karena sering dihantamkan.Ia tenggelamkan wajahnya yang penuh luka diantara lutut dan tangan yang ia gantung disana.
Tiba-tiba ponsel disamping Gabriel berbunyi menampilkan nama seseorang.Dengan gerakan sangat lemas, Gabriel meraih ponselnya. Namun saat melihat nama Zero, buru-buru dia mengangkatnya.
Dan benar, pria diseberang itu membawa sebuah kabar tentang Ziva.
-------
Zero dan Zava serta puluhan ajudannya menyibak pepohonan lebat ditengah hutan.
Dia baru saja mendapat kabar dari Jey dan beberapa penyidik handal yang dibayar oleh keluarga Huston hanya untuk mencari Ziva,dan menenukan bahwa Ziva dibawa ke sebuah tempat kosong tak jauh dari tengah kota.
Brak!!
"ZIVA!!!" Teriak Zava kala melihat wanita itu sudah terkulai lemas dengan tubuh yang diikat oleh tali, serta mulut dibekap oleh kain.
Zero melepas semua ikatan yang ada ditubuh Ziva, melepas juga jaketnya agar dikenakan oleh perempuan itu.
Dengan sigap, Zava langsung menggendong gadis itu dipelukannya.
"Kamu bertahan ya" lirih Zava sambil membawa Ziva keluar dari ruangan yang pengap itu.
Zero menundukkan kepalanya kala melihat sebuah putung rokok dilantai.
"Jack.." Lirihnya penuh penekanan serta rahang yang mengeras dan kepalan tangan penuh kebencian.
Zava dan Zero membawa Ziva pulang dengan kecepatan mobil cukup tinggi. Perempuan itu harus segera mendapatkan penanganan tim medis karena dia terlihat seperti kekurangan oksigen.
Sampai dirumah sakit, Zero langsung mengabari Darwis dan semua orang termasuk Gabriel.
Berbeda dengan Zava yang terus mondar-mandir ditempat menunggu dokter keluar.
Kakinya kemudian berhenti kala matanya melihat Zero dan emosinya kembali naik."Andai keluarga Lo ga ada masalah sama dia!!!" Zava yang masih emosi mengangkat kerah baju Zero.
Tangan kanannya yang masih dibawah sudah mengepal bersiap untuk memukul.
Zero pasrah dengan apa yang akan pria itu lakukan padanya, dia berhak mendapat semuanya setelah dia kecolongan.
"Udah udah!!"Arkila memisahkan kedua pria itu. Membuat Zava mundur kebelakang.
"Ini rumah sakit Zav!"Peringat Nadin kemudian menyuruh Zava untuk duduk.
Arkila melakukan hal sama pada Zero.
"Gue salah la"Zero meneteskan air mata penyesalannya, tak henti-henti ia memaki dirinya sendiri.
"Harusnya gue kasih tau ke Gabriel"Titah Zero dengan sangat lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
JugendliteraturCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...