Sepeninggal Zero dan Gabriel serta Nadin, rumah kembali sepi.
Ziva sudah berada di kamarnya untuk mengistirahatkan diri.Tangannya tak henti mengelus kakinya yang terasa ngilu. Tidak banyak darah yang keluar tapi ada banyak lebam disana.
Jidatnya juga perih, ditambah lagi lututnya yang terkelupas.
Benar-benar kondisi yang menyedihkan untuknya saat itu.
"Duh iyasih ga sekolah, tapi bosen juga lama-lama dirumah"Eluh Ziva mencabikkan bibirnya.
Rasa sakit yang teramat membuat ia tak bisa memejamkan mata.
"Zava gue ajak bolos aja deh, dia pasti juga masih sakit" Ziva meraih ponsel yang ada di sampingnya .
Mencari-cari nama Zava disana.
"Zav"Ujar Ziva sesaat setelah Zava mengangkat telfon.
"Lo butuh sesuatu? Masih sakit gak? Lo baik-baik aja kan?"Jawab Zava panik.
"Iya gue butuh sesuatu"
"Gue kesana sekarang"
"EHH Zav besok aja, Lo istirahat aja dulu dirumah. Besok Lo kesini ya, temenin gue ga sekolah. Yayayaya"Pinta Ziva dengan sangat.
Tentu saja Zava mau melakukannya, apa yang tidak bisa ia lakukan untuk wanita nya itu.
"besok gue kesana."
"Yaudah gue istirahat dulu"
"Yaudah Lo istirahat"
Ziva menutup ponselnya. Menaruhnya kembali disamping nya. Kemudian ia merebahkan badannya pelan.
Baru saja ia memejamkan matanya, ponselnya berdering.
Memperlihatkan sebuah nama seseorang dilayar.
Namun kali ini tangan Ziva ragu untuk menerimanya.
Berulangkali ia menggigit bibir bimbang. Bagaimana tidak? Seseorang yang menelfonnya itu adalah Gabriel, gengsi tinggi untuk menerima namun ia tidak enak jika menolak. Terlebih lagi Gabriel sudah menolongnya hari ini."Duh.. gue kan masih malu tadi dipeluk sama Gabriel"Teriak Ziva merutuki nasibnya.
"Tapi kesian juga ni anak"lanjutnya.
Tanpa berfikir panjang, Ziva mengetuk layarnya menerima."Lama banget!"Desis seseorang diseberang sana.
"Santai aja dong, gue matiin ni. Lagian ngapain Lo nelfon gue segala"Jawab Ziva sedikit gelagapan menahan malu.
"Besok gue ga di Indonesia, gue ada rapat pemegang saham. Lo dirumah jangan lupa makan, gosok gigi, cuci tangan ,cuci kaki, karena Lo lagi pacaran sama Zava, Lo jangan selingkuh, gue ga suka cewe tukang selingkuh"Jelas Gabriel panjang lebar.
"Lo tuh yang ngundang gue buat selingkuh"
"Ya berati Lo tertarik sama gue"
"Najis"
"Terus kenapa Lo bilang kalau gue mengundang Lo buat selingkuh?"
Ziva menepuk jidatnya tanpa menyadari ada luka yang masih belum kering disana.
"Aw"ringisnya pelan.
"Yaudah terus ngapain Lo ngabarin gue, ga penting banget, lagian gue bersyukur Lo pergi jauh jauh"Jawab Ziva setelahnya.
"Ya siapa tau Lo kangen"Sahut Gabriel.
"Lo tuh ya Biel, bener-bener!"
"Fiyu"sahut Gabriel memotong.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
Teen FictionCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...