ZAVA POV
Aku datang lebih awal pagi ini, biasanya aku harus menunggu Ziva bersiap-siap dan tak mengerti mengapa perempuan selalu lama dalam menata diri.
Dan menata hati-author
Kuparkirkan motorku ditempat biasanya, aku memang lebih suka menggunakan motor daripada mobil. Aku dapat menikmati angin secara langsung, melihat jalanan langsung tak terhalang oleh kaca mobil, dan yang terpenting jauh lebih hemat waktu.
Samar-samar kudengar suara yang tidak asing bagiku, sangat tidak asing.
Aku mendengarnya lebih dari 5 tahun dan bahkan hampir setiap hari.
Siapa lagi kalau bukan suara Ziva. Dia membuatku memalingkan tatapan dari jam tanganku menuju dirinya yang saat itu bersama Gabriel.
Andai laki-laki itu bukan adik dari Zero, mungkin aku akan memukulinya setiap saat.
Wanita itu baru saja turun dari mobilnya, membenahi tas yang besarnya hampir menutupi tubuhnya.
"Ziv--" aku ingin sekali memanggilnya, mengajaknya berjalan di sampingku seperti biasa.
Namun aku lihat dia sangat asik mengobrol dengan Gabriel dan entah apa yang mereka obrolkan.
Sejenak aku berfikir bahwa Ziva akan selalu menganggap tidak serius perlakuan Gabriel padanya namun semakin hari, aku lihat dirinya semakin dekat dengan laki-laki itu.
Tadi malam aku mengajaknya untuk berangkat bersamaku, namun Gabriel menghalanginya. Aku ingin marah pada Ziva namun aku ingin melihat reaksinya ketika bersama Gabriel.
Dan kulihat, dia baik-baik saja. Atau bahkan bahagia.
Kulangkahkan kakiku satu persatu mengikuti mereka dari belakang.
Melihat mereka seperti itu memutar ulang ingatanku pada awal kami bersahabat.
Dimana Ziva hanya memilikiku dan aku hanya memilikinya.
Flashback on
"Zav Lo lucu banget!!"
Dihari ulang tahun Ziva yang ke-16, Zava memberikan kejutan dengan memakai kostum badut.
Perempuan itu terus saja menertawainya namun Zava tidak peduli, dia terus menggoyangkan pinggangnya kekanan dan kekiri.
Tidak ada perayaan ultah untuk Ziva setiap tahun karena ia tidak ingin, namun malam itu Zava datang kerumahnya dengan sebuah kostum dan banyak sekali balon.
Irene dan Darwis yang melihatnya hanya geleng-geleng lalu masuk kedalam rumah diikuti oleh Zanna.
Lalu Zava membuka rambut palsu khas badut tersebut. Ia duduk disamping Ziva yang masih memekik senang.
"Capek juga jadi badut"Zava mengibaskan bajunya agar angin bisa masuk dan mengeringkan keringatnya yang mengucur deras.
"Lo lucu banget siii"puji Ziva.
"Seneng gak?"tanya Zava memandang lekat perempuan disampingnya itu.
"Seneng banget"Mata Ziva berbinar-binar.
Asli, Zava sangat menyukai mata itu. Mata Ziva begitu indah baginya, apalagi kalau ia sedang bahagia. Mungkin jika suatu saat nanti ada lelaki yang mendekati Ziva itu pasti karena melihat matanya."Selamat ulang tahun"Zava mengacak-acak rambut Ziva pelan.
"Makasih" Ziva langsung memeluk pinggang Zava dengan erat.
Kini mereka duduk di teras rumah, sembari melihat balon-balon yang Zava bawa dan mengikatnya di pagar rumah.
"Gue ga bawa kado"Ujar Zava.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTIL TOMORROW [END]
Roman pour AdolescentsCOMPLETED (belum revisi) Sampai kapanpun kita hanya sampai besok. Hanya keberanian yang aku miliki. Keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa aku menyukaimu dengan segala konsekuensinya. -Gabriel Novel ini tidak untuk menyinggung siapapun! Semua b...