"N"

1.1K 64 6
                                    

Memiliki rumah yang sangat besar dan mewah dalam waktu singkat merupakan salah satu keahlian keluarga Huston. Dengan uang yang mereka miliki, membeli rumah besar di Indonesia tentu bukan hal yang sulit bagi mereka.

"Silahkan masuk"Nyonya Huston mempersilahkan masuk kedua wanita itu.

Pertama masuk ada banyak sekali orang yang menyambut mereka dan pasti itu adalah para pekerja.

Ziva dan Zanna menolehkan kepala kekanan dan kekiri untuk lihat seisi rumah.

"Kalian kekamar dulu bersih-bersih"perintah nyonya Huston.

Gabriel dan Zero yang baru saja mengantarkan kakek Hans kedalam ruangannya pun berjalan kearah mereka.

"Udah tenang aja, gue udah siapin semuanya. Tadi bi iyem udah kirim baju kalian kesini"jelas Zero.

"Bi antar mereka ya" nyonya Huston memerintahkan salah satu pengurus rumahnya untuk mengantar mereka berdua ke ruangannya.

Ziva dan Zanna hanya menurut.

Mereka fikir , mereka akan satu kamar tapi tidak, ada begitu kamar banyak kamar kosong di kediaman Huston.

"Umm bi makasih ya"ucap Ziva menyunggingkan senyum manisnya.

"Kalau ada apa apa panggil saja aja non, permisi"

Pembantu itupun pergi menyisakan Zanna dan ziva yang masih berdiri didepan pintu.

"Kak zan"Ziva memanggil Zanna yang hendak memasuki kamarnya.

Zanna menoleh lalu mengangkat kepalanya yang berarti "apa".

"Gue jadi kefikiran Zava, gue belum ngabarin dia, dia marah ga ya"ungkap Ziva, nadanya terlihat begitu gusar.

"Udah tenang aja, Lo kabarin aja dia sekarang"saran Zanna.

Sebenarnya Ziva ingin memberi kabar tapi dia tidak bersama ponselnya.

"Nih" munculah Gabriel dari belakang sembari membawa ponsel ziva dan mengulurkan kearahnya.

"Ya ampunnnnn hapeku! Duh Zava ngomel ngomel nih pasti"Ziva langsung buru-buru membuka ponselnya dan mengetik nama Zava disana.

Gabriel sadar bahwa perempuan itu tidak akan pernah lepas dari Zava. Zava yang selama ini melindungi dan menyayanginya.

Zanna yang melihat adiknya sudah menelfon Zava, ia lantas masuk kedalam kamar dan menguncinya.

Gabriel hanya menatap perempuan yang berbincang ditelefon itu.

"Lo dimana?"tanya Zava diseberang.

"Umm gue"jawab Ziva terbata-bata.

"Dirumah Gabriel?"potong Zava dengan cepat.

"Tadi tuh mama nya Gabriel yang minta Zav lagian gue sama kak Zanna kok"Jawab Ziva lagi mencoba memberi keyakinan pada Zava bahwa dia tidak apa-apa.

"Nanti gue ke sana"dengan suara tegasnya Zava lalu menutup ponselnya.

"Zav!! Duh!!"eluh Ziva lalu menurunkan ponsel dari telinganya.
Ia pun berbalik badan dan menatap Gabriel masih ada disana.

"Kenapa?"tanya Gabriel.
Ziva tidak menjawab, ia langsung masuk kedalam kamar dan mengunci dirinya rapat-rapat.

----

"Kenapa Jack bisa ada disini?" Laki-laki itu menatap tajam kearah papanya.

"Dia akan tetap ada"sahut Kakek Hans yang baru saja masuk kedalam ruang kerja putra kebanggaannya.

Dengan dibantu berjalan oleh Gabriel si cucu kesayangannya.

Meskipun Zero adalah anak tertua namun Gabriel adalah cucu kesayangan Hans. Bukan karena Hans tidak sayang pada Zero namun sikap penyayang Gabriel nyatanya membuat semua orang jatuh cinta kepadanya terkecuali Ziva.

UNTIL TOMORROW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang