Hmm

487 76 5
                                    

Up lagi nih gimana masih semangat nungguin ceritaku yg absurd ini?😂

Voment yokk voment🤗

Karena udah mau ending jdi author banyakin scene BilqisBryan, maafin ya kalo gak ngefeel dikalian😅

Mulmednya boleh dong diputar.
Sehat selalu readers semua, jangan lupa bahagia😊🤗

Happy Reading

***

Sudah hampir dua minggu gadis cantik itu tidak dapat menikmati pemandangan indah, ia pun masih harus dirawat dirumah sakit walau ia sudah berusaha memberontak agar dapat pulang namun Zanna jauh lebih keras kepala darinya. Wanita parubaya itu tak akan membiarkan anak gadisnya pulang kerumah sampai keadaan Bilqis benar-benar pulih.

Zanna dan Ray juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan pendonor buat Bilqis agar anak tersayang mereka bisa kembali melihat dunia.

Zanna sangat khawatir akan keadaan putri kecilnya yang nakal itu.

"Ma, Bilqis udah sembuh.. Udah sehat.. Udah kuat. Boleh ya?" Bilqis mengeluarkan jurus andalannya, puppy eyes.

"Nggak!"

"Mama ihh mau sampe kapan Bilqis ditahan disini udah kayak tawanan aja." Gadis itu mengerucut bibirnya.

Sungguh keras kepala mamanya ini, wajar saja dirinya juga keras kepala. Turunan toh.

"Sampe sehat!"

Bilqis melirik wanita parubaya lainnya. Leta, wanita itu pasti mau membawanya pulang.

"Bun.. "

"Mama kamu benar, sayang. Nurut aja ya."

Belom juga ngomong udah ditolak.

"Hufttt kesel!"

Akhirnya gadis itu mengalah. Dengan kesal Bilqis menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

Tidur lebih baik walau hari masih pagi.

***

Guru berkepala botak itu terus saja mengoceh entah kenapa SMA Ingrid ini banyak sekali stok guru berkepala botak. Mungkin karena terlalu banyak siswa-siswi yang nakalnya minta ampun hingga rambut para guru pun rontok, panas melihat ulah siswa-siswi mereka yang masha allah.

"Buih gak tuh mulut bacot mulu, pusing gue mau meledak nih ubun-ubun."

"Dev?"

Yang dipanggil pun menoleh, menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'Kenapa?'. "Bolos yok." Ajak Aksa.

Devan yang duduk dibelakang Aksa pun sontak menoyor kepala lelaki tampan itu dari belakang.

"Udah bodoh mau bolos lagi. Yokk lah!"

"Kampret lo! Ujungnya mau, dasar biawak!"

Setelah menuliskan sesuatu di papan tulis, sang guru berbalik badan menghadap kearah para muridnya.

"Devan Edzard.."

"Kenapa Pak? Saya mulu yang dipanggil, heran." Kesal Devan.

Guru itu selalu menyebut namanya, ada apa gerangan? Seolah tak ada murid lain saja di kelas ini hingga selalu Devan yang disebut-sebut.

"Coba kamu jelaskan sejarah dari penjajahan Jepang di Indonesia?"

"Ohh itu Pak, easy. Gak ada pertanyaan yang lebih sulit lagi ya pak? Saya kalo mikir gak mau tanggung-tanggung loh pak."

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang