Happy reading 💕
---🌿---
Mata Aiza menatap nanar sosok gadis yang di iringi beberapa polisi keluar dari ruang sidang. Gadis itu terlihat pucat dengan tatapannya yang kosong tidak ada lagi senyum ceria dari mahasiswinya itu. Rayana Gunawan terdakwa kasus pembunuh berencana membuat dia mendapat hukuman penjara khusus, karena kejiwaan gadis itu ikut terganggu. Vano, Aiza Farrel, Alan, Bayu, Reza dan Bagus pun ikut menghadiri berjalan sidang.
"Apa tidak bisa di cabut saja tuntut-tannya?." Lirih Aiza menatap vano yang disampingnya dengan mata berkaca-kaca.
Vano menghela nafas mendengar permintaan istrinya itu. "Gak bisa sayangnya, itu hukum yang pantas untuknya."
"tapi van-."
"Sekali tidak, tetap tidak Ai!." Potong vano tegas.
Aiza mengatupkan bibirnya tak kuasa membantah ucapan vano.
"Miss tenang saja, saya yakin kak Raya akan baik-baik saja. Gadis galak itu cukup kuat untuk bertahan.." sahut Farrel menengahi perdebatan pasangan muda itu.
"Kita berdoa saja semoga dia mendapatkan hidayah dan mau berubah menjadi lebih baik.." ujar Alan ikut menimpali.
Mau tak mau Aiza tersenyum mendengar ucapan mahasiswanya yang terlihat lebih bijak dia tak menyangka mereka yang selalu slengean bisa berpikir dewasa juga.
"Eh Mr.sam datang juga ternyata.." seru Bayu melirik Samuel yang berjalan diikuti Reza dan Bagus dibelakangnya.
Wajah vano langsung berubah datar saat melihat Samuel dan itu membuat suasana sedikit dingin.
"Tentu saja saya datang, Raya kan mahasiswi saya juga. Walaupun tindakannya ini tidak dibenarkan tapi tetap saja dia membutuhkan semangat." Ujar Samuel. Dia memang sempat bicara dengan Raya walaupun hanya di tanggapi dengan anggukan dan gelangan dari gadis itu.
"Sebenernya sedih juga sih, sebentar lagi kan acara wisuda tapi dia menjalani hukumannya.." tutur Bagus dengan raut suram.
Aiza pun kembali merasa bersalah, ini semua karena kesalahannya. "Raya salah satu lulusan terbaik tahun ini dan mendapatkan cumlaude, tapi sepertinya sia-sia saja."
"Kita udah bahas ini Ai, gak ada sangkut pautnya sama kamu. Dia terjebak dengan persepsi dia sendiri yang tumbuh jadi dendam yang tak beralasan. Jadi aku mohon jangan lagi menyalahkan diri sendiri."
Semuanya terdiam mendengar ucapan tegas vano. Terlibat sekali lelaki itu menahan emosinya. Dari melihat Raya duduk di kursi terdakwa tadi sukses menaikan amarahnya apalagi mengingat semua teror dan penculikan yang menimpa Aiza. Dan vano akan pastikan gadis itu hidup menderita.
"Aku udah berusaha tak membalas apa yang dia lakukan sama kamu mengingat dia seorang perempuan. Kamu tau sendiri kalau aku gak pernah main-main Ai, dia berani mencelakai kamu dan aku sama sekali tak terima. Jadi jangan paksa aku untuk berbuat kejam, seharusnya kamu paham itu." Lanjut vano dengan menekan setiap ucapannya.
Kepala Aiza menunduk, tak berani membalas tatapan tajam vano. Wanita itu sungguh tak berkutik dengan aura intimidasi dari suaminya itu.
Aiza pun mengangguk pasrah.
"Oke!. Kita pulang sekarang." Lalu tanpa menunggu yang lain vano lebih dulu menarik pelan tangan Aiza untuk keluar dari gedung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khadijah Abad 21!!! (TAMAT)
Humor(PROSES REVISI!!) Malam itu gue ngerayain hari kelulusan dengan promnight bareng temen-temen. Malam itu seharusnya jadi malam kenangan masa SMA gue. Tapi malah jadi malam petaka dihidup gue. Gue berumur 18 tahun dan dimalam itu gue ijab qobul dengan...