Delapan belas

3.4K 318 9
                                    

Keesokan paginya, seperti yg Tay perintah kan kemarin. Lee tiba di depan rumah Tay pukul sepuluh lewat lima menit.

Tay meminta Lee untuk masuk dan menunggu di dalam, karena dirinya sedang membantu Keisha menyiapkan tas yg berisikan perlengkapannya selama di daycare.

Setelah siap, Keisha yg melihat Lee pun datang menghampiri untuk memberi salam padanya. Lee mengangkat tangan kanannya untuk melakukan high five dengan Keisha yg mana ini sudah jadi kebiasaan mereka sejak saling kenal.

Keisha memberikan senyumannya. "Selamat pagi kak Lee!" Sapanya yg mana langsung di balas senyuman juga oleh Lee. "Pagi cantik, udah siap berangkat?"

Keisha menganggukan kepalanya. Tidak lama muncul Tay dari arah ruang tv menghampiri Lee dan Keisha. "Sorry lama. Kita anter Kei dulu ya, gue yg nyetir ga papa."

Lee menggeleng kan kepalanya. "Ga usah bang, gue aja ga papa." kemudian dia berjalan keluar rumah disusul Tay yg menggandeng Keisha setelah memastikan pintu rumah terkunci.

Di perjalanan Tay dan Lee sedang membicarakan tentang kasus Jayler yg sedang mereka tangani. Keisha duduk di dipangkuan Tay samping kemudi.

Ditengah perbincagan, Keisha yg teringat sesuatu pun menginterupsi pembicaraan kedua orang dewasa itu dengan menoleh kan kepala nya menghadap Tay. "Papa, kok tadi pagi kak New ga bangunin Kei?"

Mendengar itu, Lee segera menoleh pada keduanya. "Semalem New nginep di rumah lu bang?" tanyanya.

Tay menganggukan kepalanya pada Lee lalu membalas pertanyaan Keisha. "Iya, tadi kak New udah kesiangan mau berangkat kerja. Jadi ga sempet bangunin Kei."

Memang sudah menjadi kebiasaan New membangunkan Keisha saat dirinya menginap di rumah Tay atau Keisha dan Tay yg menginap di rumahnya.

Karena entah kenapa Keisha tidak akan merengek jika New yg membangunkannya. Tapi jika itu papa nya, Keisha akan merengek dan memakan waktu cukup lama hanya untuk membangunkannya.

Lee mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Meski dirinya sudah bertekad untuk melupakan perasaannya pada partnernya itu, namun tidak semudah itu kenyataannya.

Lee senang mendengar kabar hubungan Tay dan New, jika Tay bahagia bersama dengan juniornya itu kenapa tidak. Tapi, rasa sesak itu tetap masih ada saat melihat kebersamaan mereka.

*

Tay dan Lee tiba di apartemen Jayler, dan diminta untuk langsung saja ke kamarnya yg berada di lantai delapan. Mereka kemudian disambut oleh seorang lelaki yg diketahui adalah manager Jayler yg bernama Sean.

Sean meminta Tay dan Lee untuk masuk dan menyamankan diri. "Silahkan duduk, JJ lagi mandi, sebentar lagi selesai. Err... Enaknya saya manggil kalian gimana ya?" tanyanya pada Tay dan Lee.

"Saya Tay, dan ini partner kerja saya Lee. Kamu boleh panggil apa aja bebas." kemudian mereka duduk di atas sofa empuk berwarna putih itu.

Tidak lama setelah itu, dari arah kamar keluar seorang pemuda berbaju hitam dan bermata sipit yg tubuhnya terlihat sedikit lebih tinggi dari mereka.

Sean menunjuk pada pria tadi, "itu dia Jayler nya. Kalau gitu saya permisi untuk buat minuman dulu, apa ada request?"

Jayler berjalan menghampiri Tay dan Lee, kemudian menyalami mereka satu per satu. "Halo, saya Jayler." ucapnya dengan tersenyum.

Lee tersenyum dan membalas pertanyaan Sean. "Ga usah repot-repot, kita ga akan lama kok." Sean mengangguk lalu meninggalkan mereka bertiga.

"Baik, langsung aja ya. Saya Tay dan ini partner kerja saya Lee, kami dari unit investigasi Gmm. Kamu pasti udah denger dari manager kamu maksud kedatangan kami kesini kan?" Tanya Tay dan langsung dibalas anggukan oleh JJ.

UNIT INVESTIGASI GMMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang