Tiga puluh empat

2.6K 305 21
                                    

*lanjutan flashback

Pria berjas kelabu itu terlihat sangat tampan, tidak heran semua mata para kaum hawa memandangnya tanpa berkedip. Aura pria dewasa dan kebapak-an adalah kesan pertama yg New dapatkan dari pria yg sedang berjalan menuju dirinya dan Ben.

Pria itu lalu tersenyum memperkenalkan diri pada New tapi tidak kepada Ben karena mereka sudah saling mengenal.

Namanya adalah Aditya Putra Kasetsin, dia adalah pemilik perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia. Ben dan dirinya sudah lama saling kenal sejak lima tahun lalu. Setelah berkenalan, Ben kemudian pamit untuk pulang karena pekerjaannya cukup sampai saling mengenalkan.

New merasa sangat canggung karena tidak tau harus menanyakan apa dan berbuat apa. Ini pertama kalinya New terlibat dalam pekerjaan seperti ini dan sama sekali tidak tau harus memulai dengan seperti apa.

Pria didepannya ini memang sungguh tampan, tapi bukan itu masalahnya. Pria ini lebih tua delapan tahun darinya, New tidak tau harus memanggilnya dengan sebutan apa.

Abang? Mereka belum sedekat itu sampai New berani memanggilnya dengan sebutan itu. Bapak? Oh, come on meskipun pria dihadapannya itu terasa sekali aura kebapakannya, New tidak ingin berlaku tidak sopan.

Bagaimana kalau dia belum menikah dan memiliki anak. Ditengah pergolakan dalam otaknya, New disadarkan oleh pertanyaan dari pria itu.

"Haloo.. kok kamu ngelamun?" sapa pria itu seraya mengibaskan tangannya di depan wajah New.

New pun langsung tersadar dari lamunannya. "Eh iya, hmm- saya bingung harus manggil anda bagaimana.." jawabnya dengan senyuman yg dipaksa.

"Oh, kamu bisa panggil saya apa aja senyamannya kamu."

"Kalau mas aja gimana? Kayanya lebih enak didenger daripada abang atau bapak."

"Setuju, saya belum setua itu sampai harus dipanggil bapak. Saya juga belum nikah apalagi punya anak."

"Nener kan! Untung ga manggil dia bapak tadi!" Batin New dan lagi-lagi dirinya hanya membalas pria itu dengan senyum canggung.

"Tuh kan diem lagi. Kamu ga mau tanya apa-apa ke saya? Kamu juga keliatan tegang banget, santai aja kali saya ga akan gigit!" ucapnya tersenyum.

"He~ jujur saya bingung harus gimana, ini pertama kalinya saya terima pekerjaan seperti ini. Maaf ya mas Adit kalau sekiranya ga berkenan." ucap new seraya menggaruk tengkuk lehernya yg tidak gatal.

"Ya ampun sopan banget sih kamu, haha~" jawab Adit terkekeh.

"Ternyata masih ada anak sepolos kamu di zaman milenial begini. Yaudah deh kamu temenin saya dinner aja yuk, kamu belum makan kan? Biar sekalian makan sama saya aja." Ajak Adit.

Ini lah maksud pekerjaan yg harus dijalani New sebagai seorang 'teman' dari pria didepannya. New tentu tidak bisa menolak semua ajakan pria ini. "Boleh deh, mas Adit mau cari tempat lain apa di dalam mall sini aja?"

Adit lalu balik bertanya, "dimana ya enaknya?"

New mengedikkan bahunya. "Saya ngikut aja mau dimana, lagian saya juga ga familiar sama daerah sini. Maklum jarang main."

Hari pertama mereka pun dihabiskan dengan makan malam bersama dan berbincang mengenalkan diri masing-masing. Namun mereka hanya berbicara mengenai hal-hal umum saja.

New tidak menceritakan kisah pribadinya karena menurutnya tidak perlu bercerita pada orang asing. Sama halnya dengan Aditya, dirinya tidak menceritakan apapun tentang kehidupan pribadinya.

UNIT INVESTIGASI GMMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang