Tiga puluh dua

2.9K 320 34
                                    

Tay bergegas mengendarai mobilnya menuju tkp dimana seluruh anggota tim nya sudah lebih dulu tiba disana beberapa saat lalu.

Menurut laporan hasil otopsi, diketahui korban kedua, Zen sempat mencakar si pelaku sesaat sebelum penusukan. Salah satu kuku di jemarinya tersangkut kulit pelaku yg mengelupas akibat tercakar.

Win dan Bright selaku tim lab yg bertugas pagi ini menguji semua sampel yg ditemukan baik di tubuh korban maupun di sekitar tkp. Mereka juga menemukan sehelai rambut panjang di baju korban.

Lalu tim lab mencari identitas orang yg cocok dengan kulit yg di ada di kuku korban juga rambut yg terdapat di bajunya, karena jelas rambut panjang itu bukanlah milik korban.

Kulit dan rambut yg ada di tubuh korban menemukan kecocokan dengan hasil yg ditunjukkan oleh sistem data diri, yaitu seorang perempuan.

Sepanjang perjalanan Tay menyalahkan dirinya sendiri yg tidak menyadari akan kejanggalan di malam mereka menyamar. Dirinya juga tidak mencoba menginterogasi Zen lebih detail.

Lee menghampiri Tay begitu melihat bos nya keluar dari mobil. "Kita udah berhasil nangkep si pelaku bang, dia nyerahin diri tanpa perlawanan saat kita dobrak masuk."

"Kalian nemuin senjata pembunuhan nya ga? Pisau yg dia pakai?"

"Iya. Ada di meja dapur. Gue rasa ada yg salah sama tuh cewek bang. Dia sama sekali ga keliatan ngerasa bersalah." Ujar Lee dengan menunjuk pada perempuan yg semalam menggoda Tay di bar.

Perempuan itu keluar dari rumahnya dengan borgol ditangannya. Earth memegangi kedua bahu perempuan itu dan menuntunnya masuk ke dalam mobil tim patroli.

"Sialan! Padahal tuh cewek ada di depan mata gue. Bisa-bisa nya gue ga sadar sama gerak-gerik dia sih!" lagi-lagi Tay meluapkan emosinya dengan menggebrak atap mobilnya.

"Bukan salah lu doang bang, gue juga liat kok. Tapi tuh cewek emang cukup pintar makanya kita ga ada yg sadar." Lee mencoba menenangkan Tay.

"Siapa cewek itu?" tanya Tay.

"Namanya Bianca, umurnya 22 tahun. Tingginya sama kaya Puim. Jadi yg dilihat sama bapak yg Mike bilang waktu korban pertama- ya si cewek itu. Cuma kita belom tau motifnya dia apa."

"Kalau gitu, kita interogasi dia di GIU." ucap Tay lalu kembali masuk ke mobilnya.

*

Pukul dua tiga puluh siang, Tay memasuki ruang interogasi dimana perempuan itu sudah duduk menunggu selama lima belas menit.

"Hai tampan, kita ketemu lagi, jadi kamu seorang detektif ya.." ujar perempuan itu saat melihat Tay masuk ke dalam ruangan.

Tay duduk di depan perempuan itu, posisi mereka dipisahkan oleh sebuah meja. Perlu diketahui kalau ruang interogasi bisa dilihat dari luar yg dibatasi kaca hitam dan mendengar percakapan mereka melalui speaker. Namun sebaliknya, orang yg ada di dalam ruang interogasi tidak bisa mendengar atau melihat siapa yg ada dibalik kaca hitam itu.

Lee dan Off menyaksikan proses interogasi tersebut dan mereka melihat kalau ada yg salah dari perempuan itu. Seperti orang yg memiliki kelainan karena raut wajahnya sama sekali tidak terlihat tegang atau panik.

"Kamu yg membunuh Ronald di dekat rumahnya dan kamu juga yg membunuh Zen di bar?" tanya Tay pada perempuan itu namun hanya diam yg menjadi jawaban.

"Apa motif kamu membunuh Ronald dan Zen? Bahkan kamu menusuk mereka sampai lima kali, apa kamu punya dendam tertentu sama mereka?" tanya Tay lagi.

Perempuan itu pun terkekeh, "ga ada. Saya ga butuh alasan untuk melakukan semua itu."

Tay memicingkan kedua matanya, menatap dalam-dalam kedua mata si tersangka, "saya ga percaya, saya tau pasti ada alasan kenapa kamu lakuin itu kan?" lagi-lagi perempuan itu tidak menjawab.

UNIT INVESTIGASI GMMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang