MB 04 | Ali sempat curiga

20.7K 1.7K 118
                                    

Setelah 1 jam lamanya akhirnya sampai di depan gerbang rumah Prilly, dengan membawa banyak lolipop dan ice cream. Tentunya Prilly akan membagi'nya dengan Riri adiknya dan juga Lala teman hantunya.

"Mau mampir dulu gak?" Tawar Prilly sebelum turun dari mobil Ali.

"Mau dong. pengen tau keluarga lu juga, Hehe"

"Aku gak punya keluarga selain riri"

"Riri siapa?"

"Adik aku" Jawab Prilly. Lalu kemudian membuka kaca mobil dan sedikit berteriak memanggil Pak Nuri selaku satpam rumahnya "Pak nuri, bukain pintu gerbang'nya saya mau masuk"

Dengan segera Pak Nuri bergegas membuka'kan pintu gerbang. Ali-pun melajukan mobilnya lalu memarkirkan'nya tepat di depan halaman rumah Prilly yang luas, dan keduanya-pun segera turun dari mobil.

Riri yang sedang bermain barbie di teras rumah, kemudian antusias menyambut heboh kedatangan Prilly dengan cara memeluknya erat.

"Kak Prilly" Ucapnya gembira dan tak mau melepaskan pelukannya

"Sayang, kamu main sama siapa?"

"Sama Lala kak"

Cepat sekali Lala sampai rumah?

Ohiya tentu saja, jangan lupakan bahwa Lala adalah arwah jadi bisa datang dan pergi kapan saja sesuka'nya.

"Hallo anak manis, kenalin aku ini calon kakak ipar kamu" Ucap Ali dengan tingkat percaya dirinya yang luar biasa. Sambil sesekali membelai rambut Riri gemash.

Riri nampak ketakutan. Pasalnya Riri tidak pernah dekat dengan siapapun. "Siapa dia kak" Riri menyamping memeluk Prilly. Ia terlihat cemas tak karuan.

"Dia temen kakak, jangan takut ya. Dia bukan arwah" Bisik Prilly.

"Prill dia kenapa takut sama gua? guakan ganteng" Ucap Ali bingung memperhatikan sikap Riri yang menurutnya seperti orang ketakutan karna melihat hantu.

"Hai kak, aku Riri. Aku adiknya kak Prilly" Setelah di yakini oleh sang Kakak, Riri mulai bersikap ramah pada Ali.

"Nah gitu dong jangan takut ya, aku ini orang ganteng calon masa depan'nya Kakak kamu"

Ah bahagia'nya ketika Riri bisa berbicara sedamai itu dengan oranglain. Sementara selama ini Riri selalu bersembunyi jika ada siapapun orang yang bertanya padanya, karna trauma dan takut kalau itu bukan Manusia.

Ya kecuali pada Lala. Tentunya Riri tidak takut pada hantu seperti Lala, karena Lala hantu yang baik. Dan Riri tidak ingin kehilangan Lala. Sebab Lala sudah seperti separuh hatinya.

Ngomong-ngomong soal separuh jadi ingat lagu piterpen deh! Ah sudahlah lupakan saja!

"Lolipop lala mana? sama ice cream'nya?" Ucap Lala menagih prihal yang tidak Prilly janjikan.

"Ice cream? lolipop? mana kak mau dong Riri" Heboh Riri saat mendengar apa yang barusan Lala katakan.

Sebenarnya Ali bingung, darimana Riri mengetahui bahwa sang Kakak membeli Lolipop dan Ice Cream? Tapi ia tak ambil pusing soal itu. Mungkin Riri hanya menduga-duga saja, pikirnya.

"Iya ada ini kakak beliin buat kamu sama Lala ya" ucap Prilly dan memberikan pada Riri.

Antusias Riri senang, dan melompat-lompat. Berlari-larian bercanda dengan Lala. Membuat Ali kebingungan lagi dan bertanya-tanya dalam hatinya, sebenarnya Lala siapa?

"Masuk yu ke dalem" Ajak Prilly. Tetapi Ali hanya diam saja seperti orang linglung yang kebingungan mencari induknya.

"Ali?"

"Ali?"

"ALIIIII"

"Eh iya apa sayang, yaAllah kaget inces" Ucap Ali terkejut dan sedikit meloncat

"Kamu kan cowok, masa inces?"

"Kepanjangan kalau bilang pangeran"

"Hahaha"

Alipun mengikuti langkah Prilly masuk ke dalam rumahnya. Lalu ia duduk di soffa, dan melirik-lirik ke setiap sudut dinding tak berhias.

Tidak ada foto sama sekali. Hanya ada banyaknya tulisan arab dan lukisan indah berbentuk wajah Riri.

"Kamu liatin apa Li?" Tanya Prilly saat memperhatikan Ali yang begitu serius memandang lekat lukisan wajah Riri.

"Kenapa di sini gak ada foto sama sekali? biasanya kan orang selalu pasang foto keluarga atau foto-foto diri sendiri gitu di dinding atau di meja hias, tapi ini cuman ada lukisan muka Riri doang?"

"Menyimpan foto hanya akan membuat seseorang slalu mengingat kejadian-kejadian tertentu. Aku gak suka mengenang siapapun karna bagiku keluargaku tetap hidup dalam hatiku dan tidak perlu di kenang lewat foto" Lirihnya. Ali hanya mengangguk paham.

Rupanya Prilly memang Gadis yang berfikiran dewasa! Tak salah jika Ali sangat menyukainya.

"Terus itu lukisan siapa yang bikin sayang?" Tanya Ali.

"Ya pelukislah masa bapak kamu Li? Haha. eh kamu mau minum apa?"

"Gak ah aku gak lama kok. Sini duduk" Ali menarik laun tangan Prilly hingga duduk di sampingnya.

Jantung Prilly mulai bereaksi lebih kencang dari biasanya saat keduanya saling berpandangan.

"Gua mau tanya, Lala siapa?" Tanya Ali dengan wajah penasarannya.

Aku harus jawab apa ya Allah, gak mungkin aku jawab kalau Lala itu arwah - Gumam Prilly dalam hatinya.

"Lala itu.."

"Em lala itu.."

"Lala.."

Belum sempat Prilly bertanya, Ali sudah memotong pembicaraan'nya. "Jangan bilang lala itu boneka barbie yang Riri pegang?"

Hufh! Untung saja Ali tidak mencurigai ke arah yang Prilly takuti.

"Hehe, iya Lala itu boneka barbie yang riri pegang. Riri namain dia Lala"

"Riri kelas berapa sih yang?"

"Siapa yang?"

"Kan sayang,"

"Sayang siapa?"

"Sayang kamu" Ucapnya tersenyum lebar. Sungguh terlihat manis.

Prilly mati-matian menahan blushing di hadapan Ali karna malu. Tapi rupanya pertahanannya gagal! Ali melihat jelas pipi Prilly yang memerah akibat merona di buatnya.

"Riri masih kelas lima SD" jawab Prilly.

"Oh gitu, cantik ya kaya kamu. Adiknya aja cantik apalagi nanti anak-anak kita"

"Mikirnya kejauhan"

"Oiya Prill, lu tinggal berdua sama Riri di rumah sebesar ini?"

"Iya. orangtua kami udah lama meninggal. Kakak kandungku juga, nenek kakek juga"

"Maaf gak maksud. Yang mau gua tanyain itu, terus yang biayain hidup lu siapa?"

"Oh itu, om rizal selaku orang kepercayaan Ayah yang megang perusahaan Ayah. Dia yang kelola perusahaan semenjak Ayah dan mamahku meninggal dunia. Kan aku masih sekolah jadi belum bisa ngurus perusahaan"

"Oh gitu" Ali hanya mengangguk-ngangguk dan ber-OH ria saja kemudian ia mengatakan hal lainnya lagi, "Tapi lu tenang aja nanti semisal kita nikah, ntar kita tinggal bareng-bareng sama Riri sama anak-anak kita nanti, ntar anaknya harus duabelas biar rame. Gimana?" Godanya.

"Hah?" Tentu saja Prilly terkejut mendengar perkataan Ali yang menginginkan anak 12. Apakah Pria itu sudah gila?

Lagipula pemikiran Ali itu jauh sekali. Prilly saja tidak kepikiran soal itu, apalagi sampai mempunyai anak sebanyak itu.

Ckckck dasar Ali. Kecil-kecil pikirannya sudah menjurus ke rumah tangga saja.

"Hehe bercanda aku. Tapi beneran juga Allhamdulillah loh, eh gua mau tanya lagi"

MATA BATIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang