MB 16 | Lala Genit

15.8K 1.4K 74
                                    

Lala yang tiba-tiba hadir dan mengelus rambut Prilly sontak saja membuat Prilly terbangun dan membuka matanya perlahan lalu  menoleh ke arah Lala.

"Lala kamu kemana aja?" Tanya Prilly cemas

"Aku minta maaf prill, aku tadi gak bisa bantu kamu. Arwah jahat itu bikin aku gak bisa masuk ke dalem rumah kamu,"

"Jadi kamu di kurung?"

"Iya prill, energi dia kuat banget. Mungkin aku gak bisa nolong kamu soal tadi, tapi aku bisa bantu kamu jalan lagi kaya biasanya"

Lala memegang kaki Prilly, sedikit nyeri yang Prilly rasakan ketika Lala memberikan energinya untuk membuat Prilly bisa kembali berjalan seperti biasanya.

"Coba kamu bangun dan jalan sedikit"

Prilly lalu bangkit dari tempat tidurnya, benar saja Prilly bisa berjalan normal kembali seperti biasanya.

"La makasih ya" Prilly tersenyum senang, ingin sekali ia memeluk Lala namun sayangnya Lala arwah tidak bisa dipegang dan di peluk seperti teman manusia pada umumnya.

"Aku pergi dulu ya, ada abdul. Dia rajin banget dzikirnya. Aku sedikit panas hehe"

Lala kemudian menghilang begitu saja. Walaupun Lala hantu baik, tetapi jika mendengar ayat-ayat suci ia akan merasa kepanasan juga.

***

Pagi harinya Prilly turun dari anak tangga dengan keadaan sudah rapih memakai seragam hendak mau pergi ke sekolah, tadinya ia mau membangunkan Riri tapi kasian Riri masih tertidur pulas.

Prilly melihat Ali yang masih tertidur di soffa, sementara Abdul sudah menikmati kopi hangat di hadapan'nya.

"Abdul, ali masih tidur?" Tanya Prilly yang kini sudah berjalan mendekat ke arah Abdul

"Loh prill, lu udah bisa jalan?" Tanya Abdul terkejut

"Hehe iya, ali masih tidur ya dul?"

"Kok bisa? Iya tuh masih ngorok, padahal kan hari ini harusnya sekolah"

"Kayanya dia kecapean" Prilly tidak menjawab pertanyaan Abdul soal kakinya yang tiba-tiba sembuh, toh Abdul pastinya akan bisa melihatnya sendiri dengan kemampuan yang sama.

"Eh prill, hantu penjaga rumah lu baik ya. Guakan nanya, dimana beli kopi eh dia malah nunjukin ada di rak kopi'nya gak usah beli. Yaudah gua bikin, sorry ya gua lancang"

"Gapapa kali dul santai, pasti Lala kan yang nunjukin?"

"Gua gak tau namanya, dia hantu jepang yang gak serem sama sekali"

"Kamu suka dul?"

"Hahah gila aja gua suka sama setan, gua udah punya cewek kali yang intinya sama-sama manusia"

Obrolan keduanya, membuat Ali terbangun dari tidurnya. Ia terkejut saat melihat Prilly duduk di soffa dengan keadaan santai-santai saja seperti tidak merasakan sakit.

"Anjeng abdul lu gendong bini gua ya?" Tanya Ali yang seketika melempar bantal ke arah Abdul

"Ye fitnah, orang prilly udah bisa jalan"

"Serius prill kamu udah bisa jalan?" Ali mengucak-ngucak matanya perlahan mencoba memastikan

"Iya aku udah bisa jalan kok, kamu gak mau sekolah li?"

Ali memperhatikan prilly sudah rapih memakai baju seragam "Kamu mau ke sekolah prill?" Tanya Ali balik


"Yaiyalah akukan udah sembuh"

Ali mencubit tangan Abdul, ia benar-benar tak percaya mengapa bisa Prilly sembuh secepat itu?

Tapi yang menjadi pertanyaan, mengapa harus tangan Abdul yang di cubit?

"Aw sakit pea, ngapain lu cibit gua?" Protes Abdul sambil mengusap-usap tangannya kasar

"Guakan cuman mastiin ini mimpi apa kenyataan"

"Jangan tangan gua jugalah yang di cubit, kenapa gak tangan lu sendiri aja?"

"Kaga mau, nanti tangan gua yang mulus putih ini menyebabkan warna ke ungu-unguan. Mending tangan lu aja yang item, kan gak keliatan memarnya hehe" Abdul memutar bola matanya malas

Memang sih Abdul kulitnya tidak seputih Ali, tapi Abdul cukup tampan dengan wajahnya yang manis, berkumis tipis, rambut hitam rapih, bibir tipis menggoda terutama pria itu hobinya membaca Qur-an. Jadi apakah masih di ragukan aura ketampanan Abdul?

Prilly tertawa kecil mendengar perdebatan tak penting dari keduanya

"Kok bisa sih prill? sembuh secepat itu? oh apa semalem lu abis minum ramuan jamu gendong ya?" Tanya Ali asal

"Udah gak usah di bahas, kamu mau sekolah gak?"

"Mau, tapi gua ke sekolah jam sembilan"

"Ali itumah udah jam istirahat"

"Sayang, sultan kan bebas"

Prilly mengendus kesal, ia segera berjalan menuju dapur mempersiapkan sarapan untuk Riri.

"Lala...lala" Prilly memanggil Lala

Lala segera datang secepat kilat.

"Iya prill, aku tau. Aku harus jagain riri dari bangun tidur sampe berangkat sekolah kan?"

"Pinter, pastiin dia naik taxi nanti harus selamat ya"

"Siap bu bos"

Ali yang nampak aneh melihat Prilly bicara sendiri, sementara Abdul tak merasa aneh karna memang mempunyai kemampuan yang sama dengan Prilly jadi ia bisa melihat keberadaan Lala juga.

Lala sedikit melirik genit ke arah Abdul, lalu ia sengaja mengedipkan sebelah matanya. Abdul jadi merinding ngeri melihat Lala yang seperti itu, perasaannya berubah jadi cemas karna takut-takut Lala menyukainya.

"Bini gua gak gila kan dul?" bisik Ali

"Bukan dia yang gila, lu aja yang gak bisa liat kalau dia punya temen hantu"

"Hah siapa? cewek apa cowok? kalau cowok gua bakalan samsak tu setan"

"Cewek kok, namanya Lala"

"Syukur allhamdulillah, lega inces"

"Kok inces sih? lu kan cowok?"

"Ya kan kalau gua ngomong pangeran, kepanjangan nyet!"

"Heh hati-hati dalam berbahasa, Kalau penghuni rumah ini gak suka, bisa mampus lu"

Ali segera menutup mulutnya rapat-rapat, Prilly bergegas memakai sepatu dan mempersiapkan tasnya.

"Ayo li berangkat, kamu sama abdul mau pulang kan? aku yang bawa mobil, nanti aku ke sekolah sendiri abis anterin kamu" ucap Prilly

"Ke besecamp aja sayang, gua gak biasa tidur di rumah" Prilly mengangguk mengerti, kini ketiganya sudah keluar rumah. Prilly menitipkan Riri kepada Lala, pasalnya hanya Lala yang selalu menjaga Riri dengan baik selama ini.

MATA BATIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang