MB 05 | Arwah yang mengamuk

18.7K 1.5K 11
                                    

Saat Ali menatapnya dan mau menanyakan sesuatu, Prilly melihat ke arah lain. Ia melihat Riri sedang berbicara dengan perempuan berambut panjang di depan teras rumahnya.

"RIRI....." Teriak Prilly reflek dan berlari keluar rumah. Ali jadi ikut panik dan buru-buru mengikuti Prilly keluar rumah.

"Kamu ngobrol sama siapa?" Tanya Prilly sedikit menekankan perkataannya pada Riri.

"Oh itu yang nanyain alamat kak" Ucap Riri namun saat keduanya melihat ke arah orang tadi, malah seseorang tersebut menghilang begitu cepat.

"Ri masuk ke dalem" Tegas Prilly.

"Tapi kak akukan lagi main sama lala"

"RIRI MASUK!!!!"

Riri segera masuk ke dalam, dan Ali malah melongo tak mengerti. Terutama melihat sikap Prilly yang marah seperti itu, membuatnya tak menyangka jika Gadis sepolos dan selugu Prilly rupanya bisa tegas juga.

"Gua baru liat kalau lu marah kaya gitu" Ucap Ali.

Ya memang kebanyakan begitu, orang diam sekalinya marah pasti membuat oranglain melongo tak percaya.

"Ngomong sama Riri itu harus tegas biar dia ngerti"

"Tapikan tadi Riri cuman ngobrol sama yang nanyain alamat doang yang?"

"Kamu gak akan ngerti"

Ali menatap Prilly dengan intens, ia mau melanjutkan pertanyaan tadi yang belum ia selesaikan. "Gua mau nanya serius" katanya dengan ekspresi wajah seriusnya.

"Apa?"

"Apa lu udah pernah pacaran?"

Astaga pertanya soal pacar-pacaran lagi? Jangankan pacaran, dekat dengan Pria saja Prilly rasanya alergi. Bukan karna tidak normal, hanya saja Prilly merasa insecure.

Tetapi anehnya hanya dengan Ali, ia mau sedekat itu ya meskipun tadinya sempat ragu. Tetapi karna Ali orang yang menurut Prilly baik, jadi Prilly mau dekat dengannya.

"Gak pernah. Kenapa?"

"Pacaran kuy!" Ajak Ali seperti anak SD yang mengajak teman-teman'nya main kelereng.

"Ali udah berapa kali aku bilang, aku gak akan nerima kamu jadi pacar aku"

"Kasih gua alesan kalau gitu"

"Gak bisa. Nanti kamu tau sendiri kok"

Terlihat jelas wajah Ali yang kecewa. Tanpa Ali ketahui, sebenarnya Prilly juga menaruh hati pada Ali tetapi ia tahu ini tak mungkin.

Ali tak akan mengerti siapa diri Prilly sebenarnya, juga prilly tak mau Ali terluka karna masuk ke dalam kehidupannya yang orang pikir 'berhalusinasi' padahal kenyataan'nya mereka (Hantu) memang ada.

"Yaudah gua balik ya" Pamit Ali kecewa.

"Ali jangan marah"

"Tenang aja" Ucapnya tersenyum lalu mengusap lembut kepala Prilly.

Meskipun sikapnya semanis itu, tapi Prilly tahu bahwa sebenarnya Pria itu kecewa untuk ke-sekian kalinya.

***

19:30 wib.

Hujan di luar begitu deras, membuat angin kencang menyelinap masuk melewati sela-sela jendela di sertai dengan petir yang cukup membuat siapapun ketakutan.

Dan saat ini Prilly sedang menemani Riri mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tengah.

"Kak Riri takut" Lirih Riri memeluk sang Kakak.

"Gapapa cuman hujan, kan kita di dalem rumah"

Ting... Tong!

Suara bel rumah berbunyi, siapa yang bertamu hujan-hujan seperti ini?

"Bentar ya, kakak bukain pintu dulu" Ucap Prilly lalu melangkah keluar rumah untuk membukakan pintu.

Saat pintu ia buka, tertampanglah wajah pucat sayu wanita berambut panjang.

"Maaf siapa ya? dan cari siapa?"

"Boleh saya numpang berteduh?"

"Bo..boleh,," Ucap Prilly ragu

Wanita itu menatap Prilly dengan tatapan tak biasa. Dalam sekejap tubuh Prilly melemah, Ternyata wanita itu adalah arwah penasaran yang kemudian merasuki tubuh Prilly, lalu berjalan masuk ke dalam.

"Kak prilly tadi siapa?" Tanya Riri penasaran.

Prilly hanya diam dan kemudian berjalan menuju anak tangga

Ingat dia bukan Prilly!

"Ri,dia bukan kakakmu. Lala takut"

"Maksud kamu La?"

"Kakak kamu kerasukan, hantu itu energi'nya kuat. Aku gak bisa cegah"

"Terus gimana?"

Riri terkejut saat Prilly berteriak histeris dan mengambil pisau, mengacak-ngacak setiap benda yang ada di hadapan'nya.

"SAYA BENCI KAMU RIZAL, SAYA BENCIII!!!" Begitulah lontaran kata yang beberapa kali arwah itu katakan lewat mulut Prilly.

Riri benar-benar ketakutan, pisau itu di tancapkan beberapa kali ke tembok. Arwah penasaran itu mengamuk histeris.

"Ambil handphone kakakmu, hubungi orang terdekat kakakmu" Usul Lala yang kemudian di angguki Riri

Riri mengambil ponsel Prilly yang ada di meja, terakhir isi chatingan'nya dengan Ali, maka dengan cepat Riri menelfon Ali.

MATA BATIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang